Maskapai yang Aneh


Minggu, 29 April 2012

Hari ini kami akan menempuh perjalanan panjang. Ende-Kupang-Jakarta. Pertama, kami akan naik pesawat Trans N*sa menuju Kupang (jadwalnya pukul 11.00), dan dari Kupang langsung menyambung naik pesawat Garuda pukul 13.20 menuju Jakarta.

Dari hotel, kami naik ojek ke Bandara Haji Hasan Aroeboesman. Tarifnya cukup Rp 5000. Kami tiba di bandara pukul 9, eh ternyata bandaranya masih tutup. Oh ya, ini kan hari Minggu, jadi semua orang masih di gereja. Di Ende mayoritas warganya memang beragama Katolik, maka tak heran jika Minggu pagi seperti ini jalanan terlihat sepi, digantikan dengan suara nyanyian merdu yang bergema dari seluruh gereja. Sambil menunggu pintu bandara dibuka, kami cari-cari sarapan dulu di sekitar bandara. Kami bungkus nasi kuning dan makan di ruang tunggu.

Kami check in pukul 9.30, dan ini pertama kalinya aku naik pesawat tanpa nomor tempat duduk. Aih, jadi nanti duduknya bebas aja gitu ya? Baru tau deh. Sekitar 20 menit kemudian pesawat yang akan kami tumpangi mendarat. Aku sempat bingung saat semua kru pesawat ikut turun, dan berjalan ke luar bandara. Loh, mau ke mana mereka? Bukankah sebentar lagi kita harus boarding? Ah, mungkin cuma keluar sebentar, begitu kami pikir.

Waktu sudah menunjukkan pukul 10.30, ruang tunggu sudah penuh dengan penumpang tujuan Kupang, namun belum ada tanda-tanda kami akan boarding. Tidak ada pemberitahuan apapun. Bahkan bagasi kami pun masih belum dimasukkan. Mesin pesawat juga tidak menyala. Bapakku menghampiri petugas check in, dan bertanya, di situ jadwal boarding pesawat ini jam berapa ya? Petugas check in menjawab, “Begitu kru datang, akan langsung boarding, Pak.” Lah, memangnya para kru itu ke mana sih? Di jadwalku penerbangannya jam 11 lho. Mestinya sekarang sudah boarding. Trus dengan polosnya petugas tersebut bilang, “KRUNYA LAGI MAKAN, PAK...”

?????????

Baru pertama kali ini sebagai penumpang aku disuruh nunggu kru pesawat makan. Nggak tau apa tadi aku bungkus nasi kuning dan makan di ruang tunggu biar gak telat check in? Beberapa penumpang mulai kelihatan tidak sabar. Kebanyakan adalah mereka yang punya lanjutan penerbangan di Kupang, seperti aku. Para penumpang itu mulai bertanya dengan nada suara tinggi kepada petugas bandara, karena waktu telah menunjukkan pukul 10.50 dan mereka belum mendapatkan kepastian pesawat akan berangkat jam berapa, atau apa sebabnya pesawat belum juga berangkat. Bapakku orangnya terlalu baik sih, ga bisa marah-marah. Mesti aku nih yang beraksi. Akhirnya aku ikut keluar ruang tunggu dan menghampiri salah seorang berseragam merah, bertuliskan PT Trans N*sa. Rupanya ia orang manajemen maskapai tsb. Aku udah nggak bisa bermanis-manis.

“Pak, ini pesawat yang ke Kupang kan?”
“Iya,”
“Kenapa belum berangkat? Di jadwal tiket saya tulisannya jam 11 nih,”
“Sabar Mbak, krunya lagi makan,”
“Lah, saya nggak ada urusan Pak dengan itu. Yang saya tau jadwal pesawat adalah jam 11, sekarang sudah jam 11,”
Beberapa penumpang lain yang sudah tidak sabar pun ikut menimpali.
“Bisa dihubungin nggak Pak, suruh cepet dateng gitu!”
“Iya bu, mereka sedang meluncur ke sini,”
“Makan di mana sih emang?!” “Baru kali ini pesawat telat berangkat gara-gara kru lagi makan!” penumpang lain mulai protes.
“Sabar Pak, namanya juga manusia... mereka juga kan perlu sarapan...” kata si manajer.

Ya ampun, ngunyah apaan kali makan sampe 1 jam gitu. Perasaan di depan juga ada warung padang deh. Atau bisa juga kayak aku tadi, beli nasi kuning di depan dan makan di ruang tunggu, 15 menit beres kan?

Seorang bapak tampak sudah sangat kesal, “Pak, saya ada flight ke Jakarta pukul 13.30 dengan Garuda. Garuda selalu on time, kalo nanti saya telat dan ketinggalan pesawat gara-gara kru bapak masih makan, apa bapak mau ganti rugi tiket Garuda saya?”

Tah, eta pisan.

Eh dengan enaknya si manajer bilang, “Masih bisa Pak, tenang dulu...”

Aku gregetan, “Bisa pak, kalo krunya sudah di sini sekarang! Sekarang, mana??”

Yang aku tau ya, biasanya pesawat telat tu karena keadaan cuaca, kerusakan teknis, nungguin penumpang... bukan karena krunya lagi makan! Ampun dah. Padahal ini scheduled flight loh, bukan unscheduled flight, bukan pula chartered flight. Scheduled flight itu berarti sudah reguler jadwalnya jam segitu, dan itu justru wajib on time. Karena di bandara Kupang kan juga pasti sudah di atur, oh si ini akan mendarat pukul segini, si ini 10 menit setelahnya, lalu landasan akan dipake take off jam segini... Yang pake landasan kan juga ngantri, bukan dia doang. Makanya scheduled flight itu semestinya on time. Ini mah bagasi belum dimasukin, mesin belum dipanasin, belum cek dan ricek... yang dua terakhir itu malah sudah berkaitan dengan faktor keselamatan penerbangan.

Nggak lama, akhirnya rombongan kru itu datang juga. Cieee yang abis makan! Kenyang nih yeee... *pletak! (pengen nimpuk)

Akhirnya kami boarding. Dan saat kami masuk pesawat, mesin bahkan belum dinyalakan. Baru pertama kali aku masuk pesawat, pesawatnya masih anget dan gelap (AC dan lampu belum nyala). Haduh mas bro... mbak sis... yo opo seeehh... Maskapai yang aneh.

Begitu penumpang sudah rapi, barulah mesin dinyalakan, pesawat langsung mundur dan menuju take off position. Are you serious?!! Bapakku keliatan tegang, karena ia sangat mengerti teknis keselamatan penerbangan, dan ini udah nggak bener. Ini baru kali ketiga bapak naik maskapai selain GIA (kali kedua buatku), and this is the worst.

Pukul 12.15 kami landing (alhamdulillah dengan selamat) di Kupang. Bapak langsung ngacir buat check in, sementara kami menunggu bagasi. Pesawat Garuda dijadwalkan mendarat pukul 12.30, and here it is! Jam 12.30 teng, pesawat itu mendarat. See? Apa jadinya kalau kami telat mendarat dari Ende? Pesawat ini jadwal berangkat pukul 13.30, namun penumpang sudah diharuskan check in dari 1 jam sebelumnya, lalu boarding pukul 13.00. dan semuanya, on time.

Singkat cerita, kami tiba di Jakarta sore hari, pukul 16.30 WIB. It’s a long journey.

Ohya, aku sudah janji kan akan memberikan info estimasi biaya dan akomodasi selama di sana. Ini rinciannya – eh tapi tidak termasuk tiket PP Garuda Indonesia JKT-KOE dan KOE-JKT ya, hehe, peace (^,^)v
Kita mulai dari airport tax bandara Soekarno Hatta : Rp 40.000/org
Sewa taxi dari Bandara El Tari Kupang: Rp 60.000
Hotel Le Detadu Kupang: Rp 125.000/nett
Ojek dari hotel ke bandara: Rp 15.000
Ongkos angkutan umum Kupang: Rp 2.000/org

Tiket Wings Air KOE-ENE: Rp 486.000/org
Airport tax Bandara El Tari Kupang: Rp 20.000
Sewa mobil Ende-Kelimutu: Rp 500.000
Hotel Dwiputra Ende: Rp 150.000/nett
Ongkos angkutan dalam kota Ende: Rp 2.000/org
Ongkos angkutan Ende-Nangapanda: Rp 5.000/org

Ojek dari hotel ke bandara: Rp 5000/org
Tiket Trans Nusa ENE-KOE: Rp 980.000/org (ini harga hari Minggu. Wajar kan kalo gue marah-marah saat dia leyeh-leyeh makan?)
Airport tax Bandara Hasan Aroeboesman Ende: Rp 10.000

Flores Tourist Information, Jalan Bakti no. 1, depan Pantai Ria Ende.
Kalau mau berwisata ke Ende, bisa hubungi Bang Yosi di 081339513882
Bisa menginap di Al-Hidayah Guest House, Jalan Yos Sudarso, Ende (0381) 23707
Atau di Hotel Mentari, Jalan Pahlawan No. 19, Ende (0381) 21802

Komentar

  1. Hahahaha Ken, di bagian ini nih aku ngakak:


    "Begitu penumpang sudah rapi, barulah mesin dinyalakan, pesawat langsung mundur dan menuju take off position. Are you serious?!!".

    BalasHapus
  2. lagi googling tentang perjalnan ende-kupang trus nemu postingan ini.
    hehehe pengalaman yg menarik... mengingatkan saya waktu terbang dari ende-kupang-ngurahrai-jogja.... tapi alhamdulilah pas saya itu on time semua.temen saya ada yg delay parah pas di ende nya. hohoho...
    mbak, begron blognya apik deh..itu kan pantai penggajawa ya??? di nangapanda, ende... wah..jadi inget pas masa penugasan saya pernah berkunjung juga ke pantai itu.

    salam kenal ya. saling join blog yukz....blog saya:
    http://inarakhmawati.blogspot.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Baca juga...

Pesona Danau Tiga Warna

Menyusui Pasca Operasi Payudara

INDONESIA: Places I Should See Before I Die (Part 1)

Mengintip Lahan Dakwah di Pulau Nanga

Gunung Kunci, Benteng Kokoh di Balik Bukit