Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2011

Sarjana Muda

Gambar
Sahabatku di Jurnal 07, Lala dan Inda, baru aja resmi dinyatakan sebagai sarjana ilmu komunikasi (S.Ikom). Yihaaa selamat ya! Setelah melewati masa-masa penggalauan yang tiada henti selama mengerjakan skripsi, akhirnya sekarang mereka bisa bernafas lega. Yaa… meskipun masih ada revisian, tapi setidaknya gelar dan jadwal wisuda udah di tangan, sikasik! Malamnya aku membantu Lala buat packing di kosannya. Baju, tas, buku-buku, masuk kardus. Dia mau pulang ke rumah, jadi dia akan nyicil bawa pulang sebagian barangnya. Kukira Lala udah nggak akan galau lagi, ternyata malemnya dengan muka sedih dia bilang, “Ken… sekarang aku udah bukan mahasiswa lagi ya…” Iya Lala, kamu sarjana sekarang. “Terus aku udah nggak kuliah lagi ya…” Iya Lala, sekarang orientasi kamu adalah bekerja dan melepaskan ketergantungan finansial dari orang tua. “Huaaaa… aku sediiiiiihhh…” Jiaaa, ternyata menjadi sarjana pun dia belum berhenti menggalau. Tapi kesedihan Lala memang beralasan. Masa-masa menjadi mahasiswa ada

Renungan tahun ke-22

Aku letih. Semakin aku mencari, semakin jauh aku merasa tersesat. Cukup sudah, tak perlu lagilah sok-sokan mau mencari JATI DIRI yang entah apa, di mana, dan bagaimana bentuknya. Aku sampai di satu titik perenungan bahwa seharusnya aku menjadi seperti apa yang diharapkan kedua orang tuaku. Mungkin itulah diriku yang sebenarnya, yang seharusnya. Aku tak mau lagi mencoba, meniru orang lain dan terus menyakiti orang tuaku akan sikapku yang aneh-aneh itu. Aku ingin mereka bahagia, maka aku akan jadi apapun yang mereka inginkan. Sering aku menganggap, cuma akulah yang paling tau mauku dan maksudku. Tapi semakin hari aku justru makin tidak paham apa yang sesungguhnya aku inginkan di hidup ini. Aku seharusnya bersyukur atas apa yang telah diusahakan kedua orang tuaku demi membuat hidupku jadi sempurna. Orang tua mungkin tak selalu paham kemauan kita, tapi mereka selalu tahu apa yang baik buat kita. Mereka nggak akan pernah menyesatkan dan membiarkan kita jatuh. Sekarang aku percaya itu sepenu

Setelah Sondang Pergi

Sondang, oh Sondang. Dua minggu terakhir ini nama itu begitu sering kita dengar. Sondang Hutagalung, seorang mahasiswa tingkat akhir Fakultas Hukum Universitas Bung Karno yang juga seorang aktivis HAM, Ketua HAMURABI (Himpunan Advokasi dan Studi Marhaenis Muda untuk Rakyat dan Bangsa Indonesia), nekat bakar diri di depan Istana Negara, pada Rabu (7/12). Ia mengalami luka bakar 97%, dan akhirnya meninggal dunia setelah 3 hari mendapatkan perawatan intensif dari RSCM. Aksi Sondang membuat kita semua terhentak kaget. Meski tidak ada pesan tersurat yang ia tinggalkan, namun ketika seorang aktivis mahasiswa, bakar diri, di depan Istana Negara, maka apalagi pesan yang ingin ia sampaikan jika bukan kritik keras terhadap kinerja pemerintah? Mungkin ia sudah kehabisan kata-kata untuk kelakuan para petinggi negara yang sudah tuli akan suara-suara rakyat. Tanpa bermaksud mengecilkan arti sebuah nyawa, aku sendiri sebenarnya masih tidak mengerti mengapa dan bagaimana Sondang bisa nekat melakukan t

Perempuan Sempurna

Gambar
Jadi mahasiswi, itu biasa. Menikah dan membina keluarga di usia muda, itu pun biasa. Namun menikah di usia muda, lalu membina keluarga sambil tetap menjalankan tugas sebagai mahasiswi, wah itu baru luar biasa! Adalah Hani Noor Ilahi dan Rachmi Nurhanifah, dua sahabatku di Jurnal, yang cerdas luar biasa. Sejak pertama mengenal mereka, aku yakin, mereka akan selalu jadi shining star, di manapun dan apapun yang mereka lakukan. Nggak cuma cerdas, sikap mereka juga selalu lebih tenang dan dewasa daripada aku. Hani aktivis dakwah kampus, dia juga aktif di Badan Perwakilan Mahasiswa Unpad, suka orasi, jago memanah, orang tuanya aktif di kancah politik. Ami, she is a seeker, just like me. Dia akan baca semua buku, ikuti semua diskusi, dan dengarkan opini semua orang. Ami ngambil double degree , pendidikan bahasa Inggris di UPI (Gegerkalong) dan Jurnalistik Fikom Unpad (Jatinangor). Jauh ya boo... Aku sama sekali nggak mengira bahwa kedua sahabatku yang lagi bersinar-sinarnya itu, kemudian mem

Lelucon yang Tidak Lucu

Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan tidak pernah salah. Maka semua yang ia ciptakan, pastilah diciptakan dengan sebaik-baiknya, tanpa kecacatan. Ia menciptakan semua makhluknya dengan hikmah, yang terkadang kita tidak bisa memahaminya, malah menjadikannya sebagai lelucon. Aku seringkali geram menyaksikan acara-acara lawak di televisi, yang menyajikan lelucon-lelucon konyol minim esensi. Pelawak kita, misalnya. Seringkali mereka mengambil bahan lawakan dengan karakter tertentu yang menurutku, mengejek, menghina, merendahkan kawan-kawan kita yang memang diciptakan berbeda dengan kita. Ada pelawak yang menghina orang tunarungu atau kurang pendengaran, dengan meniru dan menamai karakternya, Si Bolot. Ada pelawak yang menghina saudara-saudara kita yang memiliki kesulitan berbicara dengan meniru dan menamai karakternya, Si Gagap. Pernah juga seorang pelawak OVJ tampil dalam karakter yang cenderung menghina orang-orang yang memiliki kesulitan melihat, teman-temannya di panggung sering meneriakkan