Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2014

Pelajaran Setelah Menikah (3) Tentang Berbagi Peran

Gambar
Sejak sebelum menikah, aku sudah punya kriteria lelaki yang bakal jadi suamiku. Nomor satu, TIDAK PATRIARKIS. Ini sangat penting buatku, tipikal perempuan yang punya self-esteem tinggi. Dulu, kalau jalan sama cowok aku sering bayar makananku sendiri, aku buka pintuku sendiri, dan aku nggak masalah kalau nggak dianter pulang. I can do it all by myself. Makanya aku enggak banget sama cowok yang pikirannya sempit, yang buat dia kerjaan istri tuh sebatas dapur-sumur-kasur; aku pergi pagi pulang malam, buatkan aku kopi pagi-pagi dan pijitin aku di malam hari. Terus yang nuntut aku harus hamil dan punya anak. Kalo nggak bisa ngasih anak, minta poligami. Beuh. Minta digampol. Alhamdulillah Abangku nggak gitu. Itulah kenapa aku memilihnya jadi suamiku  Saat ini aku masih bekerja jadi wartawan, sesuatu yang sangat aku sukai. Abang tau aku enjoy sama kerjaanku, jadi dia nggak pernah menyinggung aku untuk berhenti kerja dan jadi full time wife yang ngurus rumah. Dia bahkan

Pelajaran Setelah Menikah (2) Tentang Memahami Kebiasaan

Gambar
Siapapun yang sudah lama mengenalku, pasti tau kalo aku orang yang sangat ceroboh. Brak bruk brak bruk asal naro. Terus pas butuh nyari-nyari. Lupa naro di mana. Pegang apa-apa jatoh. Krompyang ! Bener-bener nggak telaten. Aku juga cuek banget dan nggak peka sama hal-hal kecil. Mirip sifat cowok. Semua itu nggak pernah aku pikirin selama aku hidup sendiri. Mo lemari berantakan kayak apa kek, mo buku bertebaran di mana-mana, kasur ga pernah dirapiin, bangun siang, who cares? Paling kalo udah gak betah baru deh beberes. Lalu sekarang aku hidup sama Abang yang orangnya lumayan detail dan rapi. Suatu hari dia pulang lebih dulu daripada aku. Buku-buku yang berantakan udah diberesin. Di samping pintu dia pasang gantungan, juga tempat sepatu. Aku masuk lepas sepatu, naro tas asal, lalu bruk! Tengkurep di kasur. Tunduh. Lalu aku dipanggil, “Dek sini deh. Tiap pulang kerja sepatunya masukin ke kardusnya, trus taro di sini. Ini gantungan buat tas dan jaket. Harus dibiasain, jadi rapi te

Pelajaran Setelah Menikah (1) Tentang Mengatur Keuangan

Gambar
Kalau kamu merasa belum cukup dewasa untuk menikah, menikahlah. Karena menikah itu mendewasakan. Dulu aku punya bayangan yang sederhana sekali tentang pernikahan. Menikah itu ya sebatas punya teman hidup. Tapi kemudian seiring proses aku memahami, pernikahan bukan cuma itu. Ia mendewasakan, dan aku belajar sangat banyak. Kali ini, aku mau cerita soal poin pertama yang bakal kamu pelajari setelah menikah: mengatur keuangan. Ini hal yang sangat prinsipil ya, karena kalian hidup berdua sekarang. Pendapatan harus digunakan untuk kepentingan berdua, bukan sendiri doang. Harus transparan, belajar mencatat, belajar mengontrol. Sebelum menikah, mana pernah aku menabung? Gajiku hampir selalu habis untuk hal-hal yang “nggak jadi barang” Nah loh! Dulu mana pernah sih mikir dua kali sebelum ngeluarin uang buat kongkow di luar sama temen-temen. Coba, sekali nongkrong di kafe ada kali habis 100rb an mah sekali makan. Terus karaokean. Nonton di bioskop. Bisa habis berapa tuh. Beli sepatu, beli