Postingan

Menampilkan postingan dari 2020

Menyapih Aidan

Menyusui menjadi momen membangun ikatan antara ibu dan anak. Tidak semudah kelihatannya, menyusui juga punya banyak tantangan. Puting lecet, payudara bengkak, kalau soal bentuk udah jangan ditanya. Semakin besar si anak bisa menyusu dengan berbagai gaya. Ngeri-ngeri sedap.      Aku menyusui Ali sampai usianya 30 bulan. Ya, molor banget memang. Proses nyapihnya maju mundur. Bahkan dia sudah lebih dulu lulus toilet training dan bisa naik sepeda roda dua sebelum berhasil disapih. Semata karena aku nggak tega, dan semakin besar, semakin susah dibilangin, semakin berat digendong. Sehingga seringnya aku mengambil jalan mudah: susui lagi. Gitu aja terus, walaupun sounding -nya udah dari lama, tapi nggak berhasil-berhasil karena aku nggak tega. Atau capek.      Setelah akhirnya bisa disapih, aku langsung ngetawain diri sendiri dan bilang, “Kenapa gak dari dulu aja?” Haha. Ya karena ternyata enak banget udah disapih tuh. Bisa tidur sendiri tanpa dikelonin. Kita bangun dia gak ikut bangun,

Problema Tahun Kelima

Romantisisme menggambarkan pernikahan sebagai akhir dari kisah indah “…and they lived happily ever after…” seolah pergulatan dan segala nestapa berhenti di sana. Padahal, realitanya pernikahan adalah awal dari sebuah perjalanan baru yang tentu saja akan penuh liku. “Hell is other people”  - Jean Paul Sartre - Teringat masa-masa paling indah saat menjadi anak kosan, hidup di dalam satu kamar punya sendirian, mau naro baju di mana, bangun jam berapa, di kamar mandi berapa lama, seharian nonton pilem aja ga ngapa-ngapain juga terserah. Bebash.  Setelah menikah, ada orang lain yang masuk dalam kehidupanmu. Mengubah prioritasmu. Membuatmu tidak punya waktu untuk dirimu sendiri. Suami, anak satu, anak dua. Mereka semua hadir dan memaksamu bertumbuh, mau tidak mau, siap tidak siap. Is it a good thing? YES ! But it is never easy.  Alih-alih romantisisme “…happily ever after… just the two of us…” yang lebih relevan adalah kata-katanya Patkai: “Begitulah Cinta… deritanya tiada akhir…”  *** Aku

Mengapa Perempuan Suka Saling Menyakiti dengan Lisannya?

Sebenarnya ini sebuah cerita yg memalukan, membuatku malu bahkan untuk bercerita ke suamiku. Membuatku malu terhadap tubuhku. Sudah berlalu beberapa lama tapi masih teringat menyakitkan. Di sini, aku memutuskan menyembuhkan diri dengan cara lama, menulis. Aku biasanya sembuh dengan berbagi kisah sekaligus merefleksikan diri.  Beberapa waktu lalu, tetangga dekatku hajatan. Semua ibu RT jadi panitia, pakai baju seragam. Tapi karena aku punya bayi, jadi si empunya hajat memaklumiku dan tidak melibatkan aku dalam kepanitiaan. Aku menghormati beliau dengan berusaha datang ke akad nikah pagi-pagi, walau hanya bertiga dengan anak-anak. Bapak ibu, adik, dan suamiku tak ada di rumah. Tidak mudah bagiku untuk bersolek, bahkan pakai baju pun digelendotin. Udah rapih pun masih harus nyebokin. Aku memakai gamis, kerudung simpel, dan high heels, lalu menggendong Aidan dan menuntun Ali ke tempat acara. Ibu-ibu panitia memintaku untuk memfoto mereka beberapa kali. Aku melakukannya sambil menggendong A

Anak 4 Tahun Minta Sunat

Gambar
Ya, alhamdulillah tanggal 8 Februari lalu Ali sudah dikhitan. Lega, bangga, sebagai orangtua. Banyak yang bertanya, apakah betul itu keinginannya sendiri atau kami suruh? Atau apa karena Ali sakit?  Khitan memang bisa menjadi solusi bagi anak lelaki yang mengalami infeksi saluran kemih berulang. Namun bagi Ali, kali ini ia benar-benar memintanya sendiri.  Seperti banyak anak lain, Ali awalnya penasaran tentang khitan setelah nonton episode Upin-Ipin. Daebak emang yah Upin-Ipin tuh. Bisa encourage anak untuk khitan tapi tidak menjanjikan iming-iming yang berlebihan. Yang Ali tangkap, anak yang mau khitan akan digendong di pundak sama kakeknya, boleh solat di depan, dan boleh minta apa aja. Ada adegan di mana Upin-Ipin minta bikinin susu, kue coklat, panggil kak Ros bolak - balik sementara mereka berbaring di tempat tidur sambil main pesawat dan dijenguk teman! Dan kak Ros gak boleh ngomel! Hahahha... Sejak episode itu, dia nanya mulu ke orang2. Ke aku, ke ayahnya, omnya, abah yai nya, s

Ali Ompong

Gambar
Tahun 2020 datang bersamaan dengan hujan yang menderu-deru. Banjir yang datang tanpa peringatan, menyesakkan. Syukur alhamdulillah rumahku aman dari banjir. Namun, keluargaku tidak aman dari virus-virus yang menyebar di musim hujan. Berawal dari Aidan yang sakit mata, plus demam dua hari dua malam. Lalu merembet ke aku, sakit matanya. Badan mulai ga enak tapi masih kuabaikan. Jumat pagi, si Ayah sakit ga masuk kerja. Seharian kian parah. Aku juga, tapi aku segera minum obat dan dikerok. Abis dikerok, aku ngerokin, hahaha... Yah mana ada istri/ibu bisa sakit dan istirahat... Jumat malam suamiku ke dokter karena kian lemas, tapi ia meminta kami tidur di atas sementara ia tidur di kamar bawah sendirian. Aidan sudah membaik namun tidurnya masih gelisah. Suamiku pun mengerang-erang, mengigau, menggigil, demam sangat tinggi gak turun-turun. Aku bolak balik baik turun, tentu saja, mengompresnya, mengisi botol hangat, memberikannya minum... Naik lagi menyusui aidan dst. Dalam keadaan gak fit j