Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2011

Aku Benci Spesiesku!

Sebuah kabar memilukan datang dari bumi Borneo. Baru-baru ini harian lokal di Kalimantan Timur gencar memberitakan tentang pembantaian orang utan. Primata yang (seharusnya) dilindungi itu dibantai oleh manusia-manusia tak beradab lantaran dianggap hama di perkebunan kelapa sawit. Ada foto-foto, bahkan videonya, yang nyaris membuatku menangis menyaksikan betapa hewan-hewan lucu itu terluka bersimbah darah, atau bahkan mati mengenaskan. Pembantaian itu diduga berlangsung sekitar tahun 2009-2010 di Muara Kaman, Kutai Kartanegara. Entah kalau masih berlangsung hingga sekarang. Bukti berupa foto-foto dokumentasi pembantaian orangutan itu diperoleh melalui penyelidikan yang dimulai sejak akhir September 2011 lalu, seiring dengan mencuatnya pemberitaan di media massa. Aku mau nangis tiap kali melihatnya, jadi aku tidak akan memperlihatkannya kepada kalian di sini. Mereka dibunuh karena dianggap hama. Hama! Perusak tanaman sawit katanya. Hei, manusia bodoh! Memangnya siapa yang terlebih dahulu

Pensieve

Gambar
Apa yang biasanya kamu lakukan saat sedang sedih, dalam tekanan,banyak pikiran, stres? Ada yang bilang, makan! Ada juga yang bilang, jalan-jalan! Karokean sama temen-temen! Manusia selalu punya cara dalam menghadapi keterbatasannya. Terutama keterbatasan pikiran dan emosional. Yang namanya kesabaran, semangat, rasa ikhlas, seringkali naik-turun grafiknya dalam diri manusia. Kepala juga terasa mumet saat banyak pikiran. Saat sedang labil inilah, manusia punya berbagai cara untuk mengembalikan kestabilan emosinya, juga meringankan kepenatan pikirannya. Salah satu tokoh dalam kisah Harry Potter, yaitu Albus Dumbledore, sang kepala sekolah sihir Hogwarts, juga punya cara untuk meringankan kepenatan pikiran. Kau ingat, saat penyihir berjenggot putih itu merasa pikirannya sudah terlalu penuh dan terasa amat penat, ia akan menaruh sebagian kecil dari memorinya itu ke dalam sebuah bejana biru, yang disebut Pensieve. Masing-masing kita memiliki pensieve, sebuah wadah penyaluran bagi pik

Korean Pop; Sebuah Kontra Hegemoni

Gambar
Saat ini demam boyband dan girlband sedang melanda Indonesia. Namun yang berbeda pada demam boyband kali ini adalah, kiblatnya bukan lagi berasal dari UK atau US seperti Boyzone, Backstreet Boys, NSYNC, dan Weslife (lawas abis). Kali ini, virus boyband dan girlband itu berasal dari negeri ginseng, Korea Selatan. Melalui produk-produk budaya populer seperti film, drama, dan musik, Korea Selatan getol menyebarkan pengaruh budayanya, yang dikenal dengan sebutan Korean Pop, K-Pop, atau Hallyu Wave. Tak cuma di Indonesia, demam K-Pop bahkan sudah meluas ke berbagai penjuru dunia. Di sebagian besar wilayah Asia, Eropa, bahkan Amerika, nama-nama seperti DBSK, Superjunior, Wondergirls, dan Big Bang sudah tak asing. Perlahan tapi pasti, mereka menggeser dominasi musisi UK dan US yang sejak dulu selalu merajai tangga musik internasional. Hegemoni Hollywood yang amat mapan kini dilawan oleh sebentuk kontra hegemoni dari Korean Pop ini. Apa sih yang membuat para selebriti Korean Pop menjadi idola