Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2017

Ambruk Akibat Double Combo (Demam Berdarah + Tifoid)

Sepeninggal Mbah, acara pengajian digelar 7 malam berturut-turut di rumahku. Mbahku sosok yang sangat well-loved dan well-respected di keluarga dan lingkungan kami, sehingga berbagai jenis bahan makanan, sumbangan uang, dan cenderamata subhanallah walhamdulillah tiada henti mengalir. Kami membungkusnya penuh suka cita dan membagi-bagikan ke tetangga. Paginya, tentu saja pekerjaanku menumpuk. Juga sisa makanan, yang seringkali membuatku tak harus memasak. Apalah, aku santap saja. Sayang. Pengajian berlanjut setiap malam Jumat, terus hingga 40 harinya kelak. Banyak sekali yang ingin mendoakan Mbah. Ali senang banyak teman, sepupunya kecil-kecil. Sore ia pasti main, lari-larian, becanda ketawa-ketiwi. Makannya banyak, karena memang banyak makanan, comot-comot. Jam 8 malam, ia sudah ngantuk. Tidur dengan mudahnya. Dulu ia biasa tidur jam segitu sampe pagi. Tapi ternyata sekarang dia sudah gede. Tidur jam 8, jam stgh 2 pagi bangun. Laper, minta makan. Minta gendong keluar. Atuh gelap na

Sebaik-baik Pengingat

Gambar
Ini kali pertama aku mengalami kehilangan seseorang yang sangat dekat, yang sehari-hari bersamaku. Mbah memang sudah sangat tua, dan seringkali mengingatkan kami bahwa ia bisa dipanggil Allah kapan saja. Namun tidak ada seorang pun yang siap kehilangan. Seperti ada kehampaan besar di hati, di rumah, di mana saja kami biasa melihat Mbah beraktivitas. Tapi wafatnya Mbah membuatku merenungkan banyak hal. Sungguh kematian adalah sebaik-baik pengingat. Belakangan, aku seperti sedang galau menjalani aktivitasku sebagai IRT yang sehari-hari kerjaannya ngurus rumah dan nemenin Ali main. Padahal dulu, semasa kuliah, aku semangat menyuarakan feminisme dan apa yang kujalani saat ini sangat jauh dari bayanganku dulu. I was a journalist before. I used to travel a lot, mewawancarai sosok-sosok inspiratif. Pulang kerja, kumpul dulu sama temen-temen. Betapa aku sangat merindukan bekerja di luar rumah. Akhir-akhir ini, aku sering merasa useless, powerless , jenuh dan penat sekali rasanya. Sep

Tutup Usia

Gambar
Sampai hari ini aku masih sulit percaya Mbah sudah wafat. Beliau memang sangat sehat, sehingga kami sering lupa bahwa sebenarnya beliau sudah sangat renta. Usianya sudah 92 tahun, dengan 10 anak dan jumlah cucu yang aku nggak bisa ngitung saking banyaknya. Cicitnya ada 42, canggah (anaknya cicit) ada 1, mau 2. Wow! Rabu pagi (1/3) Mbah jatuh saat sedang di rumah sendirian. Beruntung, ada tetangga yang melihat dan menolongnya. Katanya, bagian tubuh sebelah kanannya tiba-tiba lemas dan dingin. Ibuku segera menyusul dan membawanya ke rumah kami.  Malamnya, Bapak dan ibu mengajak aku dan Ali mengantar Mbah periksa ke dokter. Dokter ini mungkin hampir 20 tahun menangani Mbah, hampir seperti dokter pribadi. Beliau sebenarnya sudah pensiun, tapi tetap datang kalau Mbah mau ketemu, hehe. Mbah nggak pernah mau ke rumah sakit dan nggak pernah ke dokter lain. Berdasarkan pemeriksaan dokter malam itu, semua bagus, hanya sedikit kembung. Kami pun pulang dengan lega. Mbah mungkin hanya

Tasurrun Nazhirin

Gambar
Sejak dulu aku selalu ingin nulis tentang selera fashion, gaya berpakaian Mbah yang menurutku, berkelas. Hahaha. Beneran deh. She got style . Bahkan di usianya yang tidak muda lagi, Mbahku masih "tasurrun nazhirin" alias enak dipandang. Anggun, sederhana, cantik tapi tidak berlebihan. Caranya berjalan, memakai kerudung, memadu-padankan kebaya dengan sarung, sampai caranya menenteng tas, sungguh menawan. Kalau diajak makan di restoran hotel bintang lima sekalipun, Mbah tidak canggung. Ia tahu bagaimana makan pakai pisau dan garpu, bagaimana mengaduk teh dan meletakkan sendok, serta bagaimana duduk dan menarik kursi. Like a royal lady. Gaya berpakaian Mbah sejak dulu tidak berubah. Zaman boleh berganti, namun Mbah tetap setia mengenakan selendang, kebaya, dan kain sarung, yang selalu matching. Bila keluar rumah, Mbah menutup rambut bersanggulnya dengan kerudung kecil yang disebutnya "krepus", beberapa hasil rajutan tangannya sendiri. Ia sering memetik bebera

Sehat ala Mbah

Gambar
Sampai menjelang usianya yang ke-92 tahun, Mbahku sangat sehat. Masih bisa diajak naik mobil ke Pandeglang, naik pesawat ke Surabaya dan Malang. Sehari-hari, Mbah masih memasak. Mbah tidak pikun, tidak ompong, penglihatannya pun masih bagus, bahkan masih bisa jahit sedikit-sedikit. Sampai Ramadan terakhir kemarin, Mbah selalu puasa full sebulan. Kadang ikut tarawih dan tadarrus.  Banyak orang kagum dengan sehatnya Mbah. Tak banyak orang seusianya yang masih terlihat sesegar Mbah. Aura cantiknya pun masih memancar.  Sungguh nikmat sehat adalah nikmat yang tak terhingga, apalagi di usia Mbah yang hampir seabad. Mbah menyadari betul hal itu. Beliau sering bilang, "Mbah ini sudah dapat bonus banyak dari Allah." Maka menurut Mbah, cara terbaik mensyukuri nikmat sehat adalah dengan menjaganya.  Berikut beberapa tips hidup sehat, umur panjang ala Mbah :) 1. Tidak makan yang "terlalu enak" Mbah selalu sederhana dalam urusan makan. Apa sih menurut Mbah, yang "

Musuh yang Nyata

Gambar
Suatu siang, aku dan Ali main ke rumah Uyut. Sehari-hari, Uyut memang sendirian di rumah, jadi siang itu kami bobo siang di sana. Kami tiduran di kasur dekat dapur. Kami udah kriyep-kriyep mau pules, ketika tiba-tiba ada suara gedebuk-gedebuk dari kamar atas. Padahal nggak ada orang. Terus suara piring bergesekan dari tempat cucian piring dan suara keran mengucur. Bangun dari tidurnya, Uyut nyamperin ke dapur sambil marah-marah berkacak pinggang, "Opo sih kon iku...? Ribut ae! Ta tikus ta demit ta wedhus kon??! Wedhus kon iku! Mentang2 aku gak iso ngaji ta? #$%&*!? (omelan-omelan lainnya yg tidak aku mengerti 😂) Awas ta sabbbett kon nggo Yasin." Aku ngeri-ngeri sedap melihatnya. Demit diomelin dan dikatain wedhus sama Uyut 😂😂 Kata Uyut, sering gitu kalau beliau lagi sendirian di rumah. Mungkin karena udah lama nggak ngaji, katanya. Uyut umurnya udah 92 tahun, belakangan sudah nggak boleh baca Al-Quran sama dokter karena matanya berair kalau baca. Padahal s