Postingan

Menampilkan postingan dari November, 2009

“The New Ruler of The World”

Sebelum membahas film ini, saya ingin sedikit bercerita. Saya tinggal di Kota Tangerang, sebuah kota yang selalu dibangga-banggakan sebagai salah satu pusat kegiatan industri terbesar di Indonesia. Saya mengalami sendiri bagaimana rasanya tinggal di kota industri ini. Setiap pukul 12 siang dan 4 sore, sejumlah ruas jalan selalu mengalami kemacetan, karena ribuan buruh keluar pabrik untuk beristirahat maupun pulang kerja. Saya mengenal beberapa orang buruh, bahkan terdapat sejumlah sanak famili saya yang bekerja menjadi buruh. Salah satunya ialah Endang Fatmawati (29), kakak sepupu saya asal Klaten, Jawa Tengah yang mengadu nasib di Jakarta sejak tahun 1997. Semasa SMA, saya mengenal sosok Mbak Endang –begitu saya memanggilnya- sebagai murid yang cerdas dan berprestasi di sekolahnya. Setahun kemudian, ia berangkat ke Jakarta dan menetap di rumah saya. Waktu itu, saya masih duduk di kelas 3 SD, sehingga memang masih banyak yang berusaha saya pahami. Setiap pagi, pagi-pagi sekali, saya te

Monumen Perjuangan dan Prasasti yang Terlupakan

Gambar
Ruangan tampak gelap. Hanya ada cahaya dari sorot beberapa lampu yang tersisa di langit-langit ruangan. Lainnya tinggal kabel saja, menjulur ke luar, berantakan. Di sebelah kanan ruangan, berderet sejumlah kotak kaca yang berisi replika peristiwa-peristiwa bersejarah di Jawa Barat. Ada replika peristiwa Bandung Lautan Api, perundingan Linggarjati, pembuatan Jalan Raya Pos yang menampilkan Pangeran Kornel dari Sumedang yang menolak bersalaman dengan Daendels, dan sejumlah peristiwa bersejarah lainnya. Segerombol anak laki-laki berpakaian seragam merah-putih masuk ke dalam ruangan sambil berlarian. Mereka langsung menyerbu melihat kotak-kotak kaca. “Wuih, kepalanya buntung!” seru Fikri (10), seorang siswa kelas 5 SD Haur Pacung Bandung sambil menunjuk-nunjuk ke dalam sebuah kotak kaca. Tiga orang temannya pun segera menghampiri. Mereka asyik mengamati replika peristiwa perlawanan Sultan Ageng Tirtayasa terhadap penjajah Belanda. Di situ memang ada boneka serdadu Belanda yang putus kepala