Postingan

Menampilkan postingan dari Desember, 2008

Kaleidoskop Indonesia 2008

Tahun 2008 adalah tahun hitam putih bagi Indonesia. Banyak sekali peristiwa yang menyakitkan, keadaan yang menyulitkan, dan kebijakan yang sarat kepentingan. Namun tak jarang pula kita dihembus segarnya angin demokrasi dan keadilan. Semua datang bertubi-tubi, hingga kita, rakyat Indonesia menjadi kebas, mati rasa. Tak tahu kapan harus bergembira, kapan harus menangis. Sebab terkadang bahagia dan nestapa datang pada saat yang sama. Bingung mana yang harus diraba. Contohnya, pada awal 2008 mantan presiden Soeharto meninggal dunia. Sebagian merasa sedih, kehilangan sosok yang dijuluki The Smiling General itu. Mereka berbondong-bondong mengantarnya ke tempat peristirahatan terakhir karena teringat jasa Pak Harto selama 30 tahun memerintah. Namun sebagian lagi ‘memampus-mampusi’ kematian Bapak Pembangunan itu. “Apa yang telah ia lakukan selama 30 tahun itu yang menyebabkan terpuruknya kita saat ini!” teriak mereka di media-media massa. Kelompok yang pertama merelakan kasus korupsi besar-bes

Jurnalistik, Sebuah Pilihan

Gambar
Saya suka menulis. Dengan menulis, saya merasa bisa semakin mengenal diri saya, punya waktu untuk berbicara dengan diri saya sendiri. Kadang lewat menulis saya menemukan sesuatu yang sebelumnya jauh terkubur dalam benak saya. Maka saya sengaja memilih jurusan jurnalistik. Bila ditanya mengapa, sejujurnya saya tak punya jawaban yang tepat selain hanya karena mengikuti kata hati (Menurut saya itulah jawaban paling tepat. Adakah alasan lain?) Bukan semata karena saya ingin jadi wartawan. Wartawan itu kan profesinya. Saya tertarik justru kepada nilai-nilai yang diajarkan dalam dunia jurnalistik. Kedisiplinan, keberanian, kesetaraan, kepedulian, keingintahuan yang besar, dan banyak lagi. Ya, nilai-nilai dalam jurnalistiklah yang sesungguhnya menarik saya ke dalam jurusan ini (baru kali ini saya bisa merumuskannya dalam kata-kata). Saat itu, saya memberikan pilihan sepenuhnya kepada diri saya sendiri. Orang tua juga membebaskan saya, tapi harus bertanggung jawab. ”Kamu kan sudah dewasa, suda

Penulisan Berita Langsung dan Khas

Berita Langsung Menurut AS Haris Sumadiria dalam bukunya Jurnalistik Indonesia, straight news adalah laporan langsung mengenai suatu peristiwa. Biasanya, berita jenis ini ditulis dengan unsur-unsur yang dimulai dari what, who, when, where, why, dan how (5W+1H). Sedangkan berita khas disebutnya sebagai feature story. Dalam feature, penulis mencari fakta untuk menarik perhatian pembacanya, sebagai menu penunjang media massa. Berita langsung mengejar aktualitas dan kepentingan, sedangkan feature mementingkan segi menarik atau tidaknya suatu tulisan. Oleh karena itu, berita langsung harus menggunakan struktur piramida terbalik, di mana fakta-fakta disusun berdasarkan tingkat kepentingannya. Demikian pembahasan mengenai straight news dalam buku Jurnalistik Indonesia yang entah mengapa jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan pembahasan mengenai feature. Asep Syamsul M. Romli dalam buku Jurnalistik Terapan mendefinisikan berita langsung sebagai laporan peristiwa yang ditulis secara sing

Mengenal Wawancara dalam Konteks Jurnalisme

Kegiatan jurnalistik sebetulnya bermula dari kebutuhan dan naluri kita sebagai manusia, yaitu naluri ingin tahu dan naluri ingin memberitahukan. Dalam perkembangannya, kedua naluri ini disahkan menjadi hak asasi manusia (HAM) yang diakui secara universal. Kedua hak ini dikenal sebagai right to know and right to inform. Pada tahun 1948 PBB sepakat memproklamasikan kedua hak tersebut dalam pasal 19 Deklarasi Universal Hak-hak Manusia. Di dalamnya dinyatakan bahwa setiap orang: berhak berpendapat, bebas mengeluarkan/menyatakan pendapat, bebas memiliki pendapat tanpa campur tangan orang lain, serta bebas mencari, menerima, menyampaikan informasi dan pendapat dengan cara apapun, tanpa memandang batas-batas. Selain diakui secara internasional, right to know and right to inform juga diatur dalam pasal 4 ayat 3 UU no. 40/1999 tentang pers. Dalam pasal 28F dinyatakan bahwa untuk menjamin kemerdekaan pers, pers nasional mempunyai hak mencari, memeroleh, dan menyebarluaskan gagasan dan informasi.