Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2010

Resensi Buku: NU dan Keindonesiaan

Gambar
Nahdlatul Ulama (NU), sebuah ormas Islam terbesar di Indonesia dan memiliki sejarah panjang bahkan jauh sebelum Republik ini berdiri. Dengan jutaan jama’ahnya yang tersebar di pesantren, madrasah, dan masjid di seluruh Indonesia, sesungguhnya NU memiliki kekuatan luar biasa untuk menjadi pilar bagi kemajuan bangsa ini. Semangat Islam-Indonesia yang toleran, plural, dan universal bisa digunakan NU untuk merangkul segala lapisan masyarakat Indonesia, dari berbagai suku, berbagai agama. Muktamar ke-32 NU di Makassar menjadi momentum bagi NU untuk mewujudkan harapan jama’ah NU khususnya, dan rakyat Indonesia umumnya, bagi Indonesia yang lebih baik. NU harus menyadari dan memanfaatkan potensinya yang luar biasa tadi dalam menggerakkan roda perubahan. Yang dibutuhkan kini bukanlah sekadar permasalahan halal-haram, banyak persoalan krusial yang lebih perlu disikapi NU. Korupsi dan kebobrokan moral para elite, kerusakan lingkungan, kebodohan dan kemiskinan. Permasalahan Indonesia, permasalahan

Resensi Buku "NU dan Keindonesiaan"

Nahdlatul Ulama (NU), sebuah ormas Islam terbesar di Indonesia dan memiliki sejarah panjang bahkan jauh sebelum Republik ini berdiri. Dengan jutaan jama’ahnya yang tersebar di pesantren, madrasah, dan masjid di seluruh Indonesia, sesungguhnya NU memiliki kekuatan luar biasa untuk menjadi pilar bagi kemajuan bangsa ini. Semangat Islam-Indonesia yang toleran, plural, dan universal bisa digunakan NU untuk merangkul segala lapisan masyarakat Indonesia, dari berbagai suku, berbagai agama. Muktamar ke-32 NU di Makassar menjadi momentum bagi NU untuk mewujudkan harapan jama’ah NU khususnya, dan rakyat Indonesia umumnya, bagi Indonesia yang lebih baik. NU harus menyadari dan memanfaatkan potensinya yang luar biasa tadi dalam menggerakkan roda perubahan. Yang dibutuhkan kini bukanlah sekadar permasalahan halal-haram, banyak persoalan krusial yang lebih perlu disikapi NU. Korupsi dan kebobrokan moral para elite, kerusakan lingkungan, kebodohan dan kemiskinan. Permasalahan Indonesia, permasalaha

Pembelajaran Sastra untuk Sekolah Menengah

“Wahh... kagak tau dah yang kayak begituan mahh...” Begitulah reaksi Fahmi (16), siswa kelas 1 SMA Pasundan Tanjungsari ketika ditanya soal karya-karya sastra Indonesia klasik seperti “Harimau Harimau’ Mochtar Lubis dan “Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck” karya HAMKA. Ketika ditanya mengenai apa yang pelajari soal karya sastra di sekolah, ia dan kawannya serempak menjawab “Ya paling kayak puisi dan cerpen begitu kan? Belajarnya paling itu aja di sekolah.” Pengetahuan remaja Indonesia saat ini mengenai karya-karya sastra, khususnya karya sastra Melayu klasik memang bisa dikatakan semakin minim. Mereka mungkin “pernah mendengar” istilah “angkatan 45” atau “Pujangga Baru”. Namun, mereka bisa jadi masih gelagapan ketika ditanya pendapat tentang karya H.B Jassin atau ketika diminta menceritakan kisah “Bumi Manusia” –nya Pramoedya Ananta Toer. Hal seperti ini biasanya terjadi karena siswa di Indonesia tidak mendapatkan pelajaran sastra yang memadai saat di sekolah. Di samping masih mendomplen