Pohon Belimbing dan Pohon Kemuning

Di depan rumah kami ada sebuah pohon belimbing yang tinggi besar... di bawahnya ada pohon bunga kemuning kecil. Aku mengarang cerita ini waktu lagi duduk-duduk di bawah pohon sama Ali 😆

Alkisah ada sebuah pohon kemuning kecil. Pohon kemuning ini punya daun kecil-kecil, bunganya putih kecil-kecil, berbuah juga kecil-kecil. Pohon kemuning yang kecil dinaungi oleh pohon belimbing yang sangaaaatt besar. Batangnya besar, cabangnya banyak, daunnya rimbun seperti payung. Buahnya juga besar-besar dan manis.

Pohon kemuning sering merasa iri sama pohon belimbing. Dia melihat ke atas, duh enaknya jadi pohon belimbing, tinggi, besar, berbatang kuat. Bisa lihat matahari terbit dan terbenam dari balik atap rumah. Dihinggapi burung-burung tiap pagi dan petang. Kalau malam, bisa lihat bulan dan bintang. Aku? Cuma bisa dipayungi bayangan pohon belimbing saja setiap saat. Keluh pohon kemuning.

Pohon belimbing nan tua dan bijak tersenyum mendengar gerutuan si pohon kecil. "Kamu mau bertukar denganku?" Pohon belimbing menawarkan. Pohon kemuning terkejut, tapi sekaligus senang mengiyakan. "Mau mau! Aku mau jadi pohon besar!"

Mereka pun bertukar.

Wah, pohon kemuning senang sekali akhirnya dia merasakan jadi pohon besar. Pagi-pagi, dia lihat matahari terbit. Ia juga senang dihinggapi burung-burung. Tetapi matahari semakin meninggi. Dan semakin terik. Pohon kemuning yang sekarang jadi pohon paling tinggi merasakan panas luar biasa. Tak ada bayangan teduh yang memayunginya. Malah bayangannya yang meneduhkan pepohonan di bawahnya. Ia sendiri kehausan, kepanasan.

Lepas tengah hari, tiba-tiba mendung bergulung. Langit jadi kelabu. Pohon kemuning senang sekarang tidak panas lagi. Tapi kemudian hujan turun dengan derasnya. Deras sekali sampai setiap tetesannya terasa menghujam. Kilat menyambar-nyambar rasanya hampir kena pucuk pohon kemuning yang paling tinggi. Pohon kemuning ketakutan. Hujan itu turun sangat lama. Pohon kemuning melihat pepohonan di bawahnya yang terlindungi, hanya terkena tampias air saja.

Malam tiba. Pohon kemuning yang masih basah kedinginan tiba-tiba dikagetkan dengan sekelompok kalong yang datang menyerbu buahnya. Kalong-kalong itu menggigit, bergelantung, dengan gigi dan cakar mereka yang tajam. Ohh... aku tidak pernah mengalami semua hal ini selama menjadi pohon kecil...

Ia pun merenung. Betapa selama ini ia banyak mengeluh. Ia tidak menyadari banyaknya pengorbanan yang dilakukan pohon besar sehingga pohon2 di bawahnya tidak kepanasan... tidak diguyur air hujan deras... menjadi besar berarti harus kuat... semakin besar pula tanggung jawabnya. Dan sebagai pohon kecil yang dinaungi, seharusnya ia banyak bersyukur. Allah telah menciptakan semua sesuai kadar kemampuan dan tugasnya.

"Maafkan aku pohon belimbing. Betapa selama ini aku iri kepadamu. Kukira jadi pohon besar itu enak-enak saja. Dan aku jadi tidak bersyukur, padahal banyak kenyamananku selama ini adalah sebab pengorbananmu, pohon belimbing."

Pohon belimbing tersenyum. "Kamu mau bertukar lagi?"
Dengan mantap pohon kemuning menjawab, "Iya, aku ingin jadi diriku sendiri saja!"

Note: tokoh bisa diubah jadi pohon yang ada di depan rumah/yang familiar dengan anak.

Komentar

Baca juga...

Menuju Kelimutu, Perjalanan Penuh Liku

Benda-benda Kesayanganku...

Gunung Kunci, Benteng Kokoh di Balik Bukit

Teknik Penulisan Berita Langsung dan Berita Khas

Jejak Pancasila di Bawah Pohon Sukun