Aglaia elliptica sp, Harapan Baru bagi Penderita Kanker Payudara
Sudah hampir dua tahun sejak Yuyun Handayani (41) divonis mengidap kanker payudara. Ibu dua anak ini telah mencoba berbagai cara demi menyembuhkan dirinya dari penyakit pembunuh perempuan nomor dua di Indonesia itu. Ia yang kini seorang vegetarian, juga rajin mengonsumsi jus kentang, wortel, apel dan daun sirsak yang dipercaya sebagai anti-kanker.
Kini ada harapan baru bagi Yuyun. Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Agung Eru Wibowo MS., Apt dalam bidang biomedik berhasil menemukan senyawa anti-kanker dalam tanaman laban abang (Aglaia elliptica Blume). Lebih spesifik, senyawa dalam tanaman ini telah diujikan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker payudara.
Aglaia elliptica sp, atau laban abang
Laban abang yang termasuk ke dalam kelompok tanaman Aglaia sp mengandung odorin sebagai senyawa utama yang terbukti dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, serta rocaglamid sebagai senyawa minor yang memiliki efek sitotoksik paling kuat dalam membasmi sel kanker. Artinya, tanaman yang satu ini dapat digunakan baik untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit kanker payudara.
Menurut Agung, meski senyawa rocaglamid dengan potensi antikanker paling tinggi ini merupakan senyawa minor, ia tetap akan bersinergi dengan senyawa utama dan senyawa-senyawa lain di dalam tanaman. “Itulah bagusnya obat herbal, senyawa yang terkandung di dalamnya tidak saling merusak. Sifat sinergis ini juga dapat menekan efek samping,” jelasnya kepada Ken Andari dari GATRA usai mempertahankan disertasinya dalam sidang terbuka di Fakultas Kedokteran UI, Rabu (9/3) pagi.
Selain dua senyawa tadi, dalam laban abang ternyata juga terkandung senyawa flavonoid yang bersifat antioksidan. “Maka ia sangat baik untuk pencegahan kanker,” Agung menambahkan.
Ide untuk meneliti kandungan senyawa anti-kanker dalam tanaman laban abang ini berawal dari keampuhannya sebagai insektisida. “Awalnya ia digunakan sebagai insektisida alami pada tanaman, dan ternyata efek sitotoksiknya kuat sekali. Maka kami teliti lebih lanjut efeknya bagi sel kanker,” imbuh Agung yang juga Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT ini.
Agung mengkhususkan penelitiannya pada daun tanaman laban abang, karena beberapa penelitian terdahulu sudah ada yang berhasil mengidentifikasi senyawa aktif pada batang dan biji tanaman laban abang. Selain itu, ia juga sengaja memilih daun lantaran meyakini bagian tanaman ini regenerasinya lebih cepat, “Sehingga berpotensi untuk dibudidayakan.”
Guru Besar Tetap Ilmu Farmakologi FK-UI Prof. Dr. Frans Suyatna, PhD. SpFK yang bertindak selaku promotor dalam upacara promosi doktor ini mengatakan, alam Indonesia begitu kaya dengan jenis tanaman yang amat beragam. Oleh karena itu ia mengharapkan penelitian tentang obat herbal dapat tumbuh subur pula di negeri ini. Obat herbal tak kalah dari obat sintetik, malah bisa jadi lebih ampuh, mudah, murah, dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
Meski begitu, Agung mengakui masih banyak aspek yang harus diteliti lebih lanjut dari penelitian ini. “Ini masih langkah awal, terutama aspek keamanan harus diperhatikan. Kita akan teliti lagi, apakah obat herbal ini dapat membahayakan jantung, ginjal, dan sebagainya. Kita harap penelitian tidak berhenti di sini,” kata Agung optimis.
Lewat penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 2007 ini pula, Agung diangkat menjadi doktor dalam ilmu biomedik dengan nilai cum laude.
Kini ada harapan baru bagi Yuyun. Sebuah penelitian terbaru yang dilakukan oleh Agung Eru Wibowo MS., Apt dalam bidang biomedik berhasil menemukan senyawa anti-kanker dalam tanaman laban abang (Aglaia elliptica Blume). Lebih spesifik, senyawa dalam tanaman ini telah diujikan untuk menghambat pertumbuhan sel kanker payudara.
Aglaia elliptica sp, atau laban abang
Laban abang yang termasuk ke dalam kelompok tanaman Aglaia sp mengandung odorin sebagai senyawa utama yang terbukti dapat menghambat pertumbuhan sel kanker, serta rocaglamid sebagai senyawa minor yang memiliki efek sitotoksik paling kuat dalam membasmi sel kanker. Artinya, tanaman yang satu ini dapat digunakan baik untuk pencegahan maupun pengobatan penyakit kanker payudara.
Menurut Agung, meski senyawa rocaglamid dengan potensi antikanker paling tinggi ini merupakan senyawa minor, ia tetap akan bersinergi dengan senyawa utama dan senyawa-senyawa lain di dalam tanaman. “Itulah bagusnya obat herbal, senyawa yang terkandung di dalamnya tidak saling merusak. Sifat sinergis ini juga dapat menekan efek samping,” jelasnya kepada Ken Andari dari GATRA usai mempertahankan disertasinya dalam sidang terbuka di Fakultas Kedokteran UI, Rabu (9/3) pagi.
Selain dua senyawa tadi, dalam laban abang ternyata juga terkandung senyawa flavonoid yang bersifat antioksidan. “Maka ia sangat baik untuk pencegahan kanker,” Agung menambahkan.
Ide untuk meneliti kandungan senyawa anti-kanker dalam tanaman laban abang ini berawal dari keampuhannya sebagai insektisida. “Awalnya ia digunakan sebagai insektisida alami pada tanaman, dan ternyata efek sitotoksiknya kuat sekali. Maka kami teliti lebih lanjut efeknya bagi sel kanker,” imbuh Agung yang juga Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT ini.
Agung mengkhususkan penelitiannya pada daun tanaman laban abang, karena beberapa penelitian terdahulu sudah ada yang berhasil mengidentifikasi senyawa aktif pada batang dan biji tanaman laban abang. Selain itu, ia juga sengaja memilih daun lantaran meyakini bagian tanaman ini regenerasinya lebih cepat, “Sehingga berpotensi untuk dibudidayakan.”
Guru Besar Tetap Ilmu Farmakologi FK-UI Prof. Dr. Frans Suyatna, PhD. SpFK yang bertindak selaku promotor dalam upacara promosi doktor ini mengatakan, alam Indonesia begitu kaya dengan jenis tanaman yang amat beragam. Oleh karena itu ia mengharapkan penelitian tentang obat herbal dapat tumbuh subur pula di negeri ini. Obat herbal tak kalah dari obat sintetik, malah bisa jadi lebih ampuh, mudah, murah, dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat.
Meski begitu, Agung mengakui masih banyak aspek yang harus diteliti lebih lanjut dari penelitian ini. “Ini masih langkah awal, terutama aspek keamanan harus diperhatikan. Kita akan teliti lagi, apakah obat herbal ini dapat membahayakan jantung, ginjal, dan sebagainya. Kita harap penelitian tidak berhenti di sini,” kata Agung optimis.
Lewat penelitian yang telah dilakukan sejak tahun 2007 ini pula, Agung diangkat menjadi doktor dalam ilmu biomedik dengan nilai cum laude.
Komentar
Posting Komentar