"Not Responding"

Lima hari terakhir ini, padat sekali. Hectic. Waktuku padat dengan agenda, otakku padat dengan pikiran. Padahal perutku kosong terus, karena memang beberapa hari terakhir ini aku puasa Dzulhijjah. Hari ini aku puasa Arofah. Kau juga kan?

Rasanya beberapa hari terakhir ini aku dikendalikan oleh tugas-tugasku. Mereka mencekik aku, mendesakku. Argh! Aku ingin bercerita! Tapi sudah dua hari ini, orang yang biasanya kujadikan tempat bercerita- seperti enggan mendengarkan aku.

Ah, ya sudah lah. Aku menulis saja. Bercerita kepada siapa saja. Dengan menulis, aku merasa memiliki waktu dengan diriku sendiri. Aku menemukan otonomi diriku kembali. Izinkan aku menulis kawan, dan biarkan tulisan ini bercerita tentang hariku yang melelahkan. Mudah-mudahan kalau sudah kukeluarkan lewat tulisan, segala kepenatan yang memenuhi otakku bisa sedikit hilang. Oke, aku cerita, ya.


Kamis, 11 November 2010.
Saat perkuliahan pelaporan mendalam, dosenku Pak Sahala Tua Saragih berbicara panjang lebar tentang sumber-sumber dalam laporan investigasi. Ada ring 1, ring 2, dan ring 3. Ring 1 adalah lingkaran pertama, orang-orang yang terkait langsung dengan peristiwa. Mereka harus dicari paling awal. Misalnya, dalam sebuah kasus pencurian, ring 1 sang pelaku atau korban. Ring 2 adalah lingkaran kedua, biasanya orang-orang yang tidak terkait secara langsung dengan peristiwa, namun mengetahui peristiwa tersebut, misalnya saksi mata. Sedangkan ring 3 adalah lingkaran paling luar. Mereka memang tidak terkait dengan suatu peristiwa, namun mereka memiliki pengetahuan yang cukup untuk menganalisis peristiwa tersebut. Orang-orang yang termasuk dalam ring 3 biasanya adalah para pakar. Misalnya, seorang sosiolog yang memaknai realitas, mengapa pencurian masih kerap terjadi di Indonesia.

Di akhir perkuliahan, dosenku menambahkan, deadline dimajukan.

Aku bengong.

Ini sudah H-14. Aku sudah menjelajah hingga ke ring 2 dan ring 3, para pakar yang kuwawancarai sudah berbicara ke sana ke mari. Masalahnya, AKU BELUM DAPAT RING 1! Astaga Tuhan...

Aku jadi berpikir, apakah dimungkinkan dalam sebuah laporan mendalam, ring 1 itu belakangan? Habisnya, justru ring 1 itu paling susah, tauk...! Huhu...
Udah mana deadline dimajukan, ckckck.

Oh, aku baru ingat ada tugas ekonomi politik media. "Hari ini kita wawancara dengan Kepala Pemberitaan RRI Bandung," kata Agnes. Yah, padahal aku baru aja mau ngajak Hani untuk liputan buat indepth. Ya sudah, berarti habis dari RRI kita kejar sumber indepth itu.

Tapi ternyata kami selesai liputan pukul 3 sore. Dan kantor instansi yang ingin kukejar untuk pelaporan mendalam tutup menjelang pukul 4. Aku telepon ke sana. "Besok aja deh Mbak, sekarang sudah sore, sedikit waktunya untuk wawancara." Sampai Jatinangor malam hari.

Sampai kosan, aku langsung mengerjakan transkrip wawancara. Hingga pukul 1.30 dini hari.


Jumat, 12 November 2010
Usai kuliah Jurnalisme Kontemporer, aku langsung menuju Bandung, mengejar sumber yang aku lewatkan hari kemarin. Nyasar. Sumpah, nyasar. Salah naik angkot. Salah alamat. Hingga pukul 4 aku belum juga sampai. Aku panik, kalau bukan sekarang kapan lagi? Aku telepon lagi ke sana, aku mohon-mohon sama Mbaknya, "Mbak udah mau pulang ya? Please Mbak, tunggu aku, sebentaaar aja." Untungnya dia baik dan mau menungguku.

Setelah ngobrol-ngobrol ke sana ke mari, ternyata AKU SALAH SUMBER. Dowewwww...

Intinya dia tidak lagi mengurusi hal-hal yang aku tanyakan. Jadi dia pun tidak punya data-data yang aku butuhkan. Intinya, apa banget deh perjuangan gue hari ini... -__-"

Sampai di Jatinangor pukul 7. Hujan-hujan, aku langsung menuju rumah Hani. Mau curhat. Sampai malam membicarakan nasib dan kelangsungan laporan mendalam kami. Aargghh...we still have a lot of things to do!

Di kosan, aku belum mau tidur. Masih kepikiran nasib laporan mendalamku. Aku menyalakan laptop, tapi belum juga 30 menit, rupanya aku terlalu lelah untuk begadang. Aku pun tertidur dengan lelapnya di depan laptopku yang masih menyala.


Sabtu, 13 November 2010
Pukul 3 pagi aku terbangun. Laptopku masih menyala. Ah, aku kan mau mengerjakan tulisan laporan mendalamku. Akhirnya aku mulai membaca tumpukan kertas bahan tulisanku. Aku rangkai kata satu-satu. Sambil makan sahur. Dipotong solat subuh sebentar, kulanjutkan lagi menulis, sampai pukul 1 siang.

Lalu Hani SMS, katanya ia dan kawan-kawan sudah menungguku di rumahnya untuk menyelesaikan tugas ekonomi politik media. Hasil wawancara dengan pihak RRI Bandung kemarin harus kami analisis.

Sampai di rumah Hani pukul 3, kami nggak berhenti mikir sampai pukul 10 malam. Astaga, sumpah, kajian ekonomi politik media tuh rumit banget... Sumpah, aku mumet. Memang selama di rumah Hani tuh aku suka "not responding". Maklum lah, aku sudah bangun dari jam 3 pagi mengerjakan laporan mendalam sampai jam 1 siang, lalu langsung diskusi analisis ekonomi politik media di RRI Bandung. Jadi aku masih suka loading lama. Aku lupa solat, lupa buka puasa, lupa ini-itu. Suka bengong tiba-tiba. Ah, dodol banget lah.

Sampe kosan, aku teringat tugas kapita selekta komunikasi yang BANYAK banget. Aku pun berusaha nyicil ngerjain, sampai pukul 2. AKU MULAI GILA.


Minggu, 14 November 2010
Pagi-pagi aku sudah berjibaku dengan cucian yang numpuk. Hari ini aku masih puasa. Pukul 11 pagi, aku ke rumah kerabatku di Antapani, Bandung. Ada titipan yang harus kuantarkan. Huh...lumayan juga, panas, dan macet. Eh tapi pulangnya malah kehujanan. Sampai Jatinangor pukul 3 sore, aku beli buku yang akan kugunakan untuk mengerjakan tugas. Aku sempat hampir pingsan. Lemas betul rasanya. Sudah mual mau muntah juga. Aku pun terduduk di pinggir jalan, mencoba menetralisasi semua gejolak ini (haha lebay ya bahasanya).

Di kosan, aku langsung tepar. Kepala sakit, perut mual, keringat dingin, badan agak hangat tapi aku sendiri kedinginan. Aku mencoba tidur, sampai magrib datang. Malamnya, Ami SMS, ternyata tugas ekonomi politik media kemarin masih banyak kekurangan. Astaga... Padahal niatku malam ini mau mengerjakan kapita selekta komunikasi dan tulisan laporan mendalam. Yah, mau tak mau.

Sambil mengerjakan analisis ekonomi politik media, aku mengerjakan juga kapita selekta komunikasi. Soalnya ada yang mirip-mirip. Tentang wacana, ideologi dan hegemoni media massa. Canggih kan aku mengerjakan dua sekaligus? hahaha... Padahal itu kepala udah kayak apa tauk rasanya. Penuh sama Gramsci, Althusser, Bordiaeu, Mosco...


Senin, 15 November 2010
Pukul 3 pagi aku terbangun. Ah ya, aku kan mau puasa Arofah, sekalian sahur saja. Aku menyalakan laptop lagi, membuka file ekonomi politik media yang belum rampung. Sambil sesekali melirik tugas kapita selekta komunikasi. Pelaporan mendalam...duh, nanti dulu deh ya. (Padahal itu sama sekali nggak seharusnya dipinggirkan)

"Han, nanti ke kampus pagi yuk. Kita satuin makalah ekopol nih," aku mengirim SMS kepada Hani. Pukul 7.30 aku sudah mandi, siap ke kampus buat menyatukan dan menge-print makalah. Eh, tiba-tiba Andini SMS, "Ibunya udah ada."

Aku bengong. Apaan sih?

ASTAGA. Seminar kan juga hari ini, pukul 8? Oh noooo...
Jadilah aku terburu-buru naik ojek. Langsung ke ruang seminar, langsung mendengarkan presentasi makalah semiotika dan studi korelasional. Habis itu didiskusikan. Ya ampun, padahal aku presentasi ekopol pukul 10.20, dan ini makalahku belum di-print!

Aku pun izin ke luar ruangan seminar. Otakku rasanya mumet betul. Masih juga mabok ekopol tadi pagi, sudah diajak berdiskusi teori semiotika dan studi korelasional. "Haaan...aku cuma izin keluar sebentar..." aku menemui Hani di gedung 5. Nggak bisa lama-lama nih. "Iya Ken, biar aku aja yang selesain, kau masuk aja lagi," waaaah baiknyaaaaa...

Pukul 10.20, aku dan kawan-kawan mempresentasikan hasil analisis kami tentang ekonomi politik media RRI Bandung. Komodifikasi, spasialisasi, strukturasi. Hegemoni, kontra hegemoni. daaaann sebagainyaaaaa...

Ternyata makalah kami masih banyak kekurangan! Kata Pak Adi, dosen kami, "Minggu depan saya tunggu ya REVISI makalahnya." Astaga, ternyata perjuangan kami belum berakhir.

Tengtong...tengtong...
Aku loading dulu.
Not responding.

Aku bengong aja selama beberapa detik. Mungkin menit. Keluar kelas, di mushola, Hani tiba-tiba bilang, "Ken, si Ibu Dewi itu nggak bisa dihubungin... Dia, bla bla..." Not responding. Terus tiba-tiba si Lala pamer dengan bangganya, "Tugas kapita selekta-ku udah selesai dong..." Ha? Not responding again. Sumpah, loading-ku lama banget kali ini.

Aku nggak tau mana dulu yang harus didengarkan. Mana dulu yang harus dipikirkan. Di sini aku merasa benar-benar seperti robot yang sedang error. Kata Hani, ya ampun Ken, solat dulu gih. Kau kacau betul.

Ah iya, aku solat dulu ah. Usai solat, aku tiba-tiba pengen bilang, "Han, creambath yuk..." Sekarang giliran Hani yang bingung.

Komentar

Baca juga...

Hijab, Jilbab, Kerudung, apapun namanya

Wied Harry Apriadji: Puasa itu Mengikuti Kesederhanaan Nabi

DNS Nawala, Pendekar Dunia Maya Indonesia

Merdeka dengan Hijab

Gunung Kunci, Benteng Kokoh di Balik Bukit