Musuh yang Nyata

Suatu siang, aku dan Ali main ke rumah Uyut. Sehari-hari, Uyut memang sendirian di rumah, jadi siang itu kami bobo siang di sana. Kami tiduran di kasur dekat dapur.

Kami udah kriyep-kriyep mau pules, ketika tiba-tiba ada suara gedebuk-gedebuk dari kamar atas. Padahal nggak ada orang. Terus suara piring bergesekan dari tempat cucian piring dan suara keran mengucur.

Bangun dari tidurnya, Uyut nyamperin ke dapur sambil marah-marah berkacak pinggang, "Opo sih kon iku...? Ribut ae! Ta tikus ta demit ta wedhus kon??! Wedhus kon iku! Mentang2 aku gak iso ngaji ta? #$%&*!? (omelan-omelan lainnya yg tidak aku mengerti 😂) Awas ta sabbbett kon nggo Yasin."

Aku ngeri-ngeri sedap melihatnya. Demit diomelin dan dikatain wedhus sama Uyut 😂😂

Kata Uyut, sering gitu kalau beliau lagi sendirian di rumah. Mungkin karena udah lama nggak ngaji, katanya. Uyut umurnya udah 92 tahun, belakangan sudah nggak boleh baca Al-Quran sama dokter karena matanya berair kalau baca. Padahal sebelumnya, Uyut rajin ngaji. Bahkan kalau Romadon, Uyut bisa khatam! Aku aja enggak, hehehe...

Kejadian siang itu, dan apa yang dilakukan Uyut, membuatku sadar akan satu hal. Betapa Uyut sama sekali tidak takut pada kejadian aneh itu, bahkan kalau itu demit sekalipun, dia mengancam bakal disabetnya pake Yasin.

۞ أَلَمْ أَعْهَدْ إِلَيْكُمْ يَٰبَنِىٓ ءَادَمَ أَن لَّا تَعْبُدُوا۟ ٱلشَّيْطَٰنَ ۖ إِنَّهُۥ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِينٌ

"Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu." (Yasin: 60)


Musuh yang nyata. Ya, setan itu ada, tapi bukan untuk DITAKUTI melainkan untuk DIMUSUHI. Sikap Uyut tadi mengingatkanku akan hal penting tersebut dan betapa kita seringkali salah menanamkan cara menghadapi setan kepada anak-anak kita.

"Jangan main ke situ, ntar ada setan loh!"
"Main jangan malem-malem ntar dibawa kolongwewe!"
"Gelap ih, takut ih, banyak setannya di situ!"

Seringkali ungkapan-ungkapan di atas bohongan aja sebenernya, cuma supaya anak kita nurut, nggak melakukan suatu hal atau pergi ke suatu tempat yang tidak kita setujui. Tapi pada anak-anak, yang mereka tangkap adalah pesan bahwa setan itu harus ditakuti.

Kita lebih sering memperingatkan anak untuk takut pada setan, ketimbang takut pada Allah.
Tapi bayangkan, jika kita menunjukkan sikap seperti Uyut yang tanpa rasa takut dan ragu, nyamperin ke sumber suara aneh, melongok ke atas, sambil memarahi "oknum ghoib" tadi. Sambil mengancam akan "menyabetnya" dengan ayat Allah. Terlepas dari apakah suara-suara tadi gangguan jin atau cuma ulah tikus yang caper aja, poinnya adalah sikap yang Uyut tunjukkan ketika itu. Anak akan tahu, bahwa setan itu ada, tapi tidak perlu takut.Anak akan tahu, bahwa setan itu ada, tapi tidak perlu takut. Marahi saja, usir saja, musuhi mereka sampai hari kiamat.

Aku baru pertama kali menyaksikan Uyut bersikap seperti itu dan ternyata itu sangat membekas, meninggalkan pesan penting yang membuatku bisa menulis tulisan ini, bahwa setan, selamanya, adalah musuh yang nyata.

Dan sikap Uyut akan terus aku ingat sebagai contoh yang lugas buatku sebagai orangtua. Kelak jika Ali semakin besar, lalu pulang main dia tiba-tiba bilang, "Takut Mama, kata temen-temen di sana ada setan..." aku akan kisahkan tentang bagaimana Nabi Ibrahim menimpuk batu demi mengusir setan yang terus-menerus menghasutnya, dan bagaimana Uyut pernah marah sekali sama jin/setan yang membuat suara-suara aneh ketika Ali sedang tidur siang.


Komentar

Baca juga...

Tasurrun Nazhirin

Sehat ala Mbah

Si Mbah

Si Cantik Asli Sumedang

Apresiasi Buku “Pelik-Pelik Bahasa Indonesia” karya J.S. Badudu