Lika Liku Kulitku


Sejak remaja, aku mengalami berbagai masalah kulit wajah. Jerawat langganan banget, terutama jelang haid tuh pasti mentul-mentul di pipi. Flek hitam bekasnya susah hilang. Kurangnya pengetahuan dan tangan yang gemes menjadikan jerawatku berbekas dan meninggalkan luka parut. Kulitku acne prone, kusam karena berminyak, komedo, dan bekas jerawat silih berganti, aku tak pernah percaya diri bercermin. 

Ada lho, masa di mana aku menggunakan make up untuk menutupi kondisi kulitku. Concealer, bahkan foundation dengan coverage mumpuni aku gunakan hampir setiap hari. Ini semasa aku meninggalkan Jatinangor untuk magang di Jakarta. Tetapi, karena kondisi kulitku yang buruk, make up pun tidak tahan lama, istilahnya "blentang-blentong". Kebayang, siang-siang terik berpolusi di Jakarta, aku berkeringat dan kulitku berminyak. Setiap kali wudhu, setiap kali bercermin, aku merasa harus sering-sering touch up. Itu sangat-sangat membuang waktu.

Sebenarnya aku ini anak yang tomboy dan anti-ribet. Pekerjaanku sebagai wartawan juga tidak terlalu menuntut penampilan paripurna. Tapi saat itu aku benar-benar merasa perlu bersembunyi di balik topeng make up saking tidak percaya dirinya.

Aku beberapa kali mencoba perawatan di klinik kecantikan. Menggunakan serangkaian produk racikan, rutin facial, tetapi tidak ada perubahan yang berarti. Kalaupun ada, biasanya sebentar saja atau selama aku pakai produk itu. Ketika aku mulai males dan nggak pakai lagi, walau cuma sebentar, kulitku kembali memburuk. Huhu....

Sampai akhirnya, lompat beberapa tahun, aku menikah, dan hamil. Aku menghentikan semua perawatan wajah karena khawatir akan kandungannya. Aku mengurangi aktivitas di luar rumah (meskipun masih bekerja), mengurangi begadang, dan banyak makan sayur dan buah, juga suplemen. Mungkin juga faktor hormonal, tetapi untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, kondisi kulitku membaik. Pregnancy glow, aku betul-betul mengalaminya. Entah kemana larinya para komedo, jerawat, dan minyak berlebih itu. Lebih kenyal dan cerah, Rasanya pengen selfie terus, beneran deh. Pada masa itu kamera ponsel belum sejahat sekarang, jadi hasil selfie-nya tuh masih real dan bisa dipercaya deh, hahahaha. 

Nah, setelah melahirkan gimana? Ya balik kucel lagi! Alamak! Gimana dong, masa aku harus hamil terus biar cakep? Bzzzz... 

Aku baru berani ikhtiar perawatan wajah usai menyapih. Beberapa yang pernah kucoba di antaranya Cetaphil, bahkan SKII. Cukup terlihat perbaikannya, tetapi karena buatku harganya masih terlalu mahal, aku merasa tertekan untuk repurchase-nya. Dan selalu ada efek purging, muncul jerawat kecil2 keras. Atau hanya berefek membersihkan, tapi belum ada yang menimbulkan perubahan yang menyenangkan dalam waktu singkat, gitu. Aku males repurchase-nya karena hasil yang tidak terlalu signifikan sementara harganya sangat mahal.

Menurutku, produk yang bagus mestinya menghasilkan efek positif yang membuat semangat pemakainya. Bukan yang bikin tambah stres dengan reaksi yang katanya detoksifikasi. 

Akhirnya, aku hamil lagi. Bisa ditebak, kulitku glowing lagi tanpa perawatan apapun. Hihi. 

Ketika Aidan berusia 3 bulan, kami berdua terkena cacar air. Kami sembuh dengan cepat tetapi bekas luka cacar air menimbulkan ceruk yang cukup dalam. Aku galau, karena Aidan yang dipenuhi luka cacar adalah tubuhnya, sementara luka cacarku banyak di bagian wajah! Sebelum luka kami mengering, salah seorang sahabat lamaku menyarankan minyak kelapa dan sabun beras untuk mempercepat proses keringnya luka, meregenerasi kulit dan mencegah bopeng. Sahabatku itu kebetulan agen SR12. Jadi, dia merekomendasikan produk-produknya. 

Karena ini cuma minyak dan sabun beras, nggak neko-neko, maka tidak ada yang perlu aku khawatirkan untuk aku maupun bayiku. Kami berdua menggunakannya rutin. Tapi ternyata, regenerasi kulit bayi lebih cepat. Aidan sudah kembali mulus sementara wajahku tetap bopeng. 

Sahabatku merekomendasikan dua produk lainnya: Vico Capsule dan masker kefir ettawa SR12. Aku mencobanya tanpa beban karena komposisi kedua produk itu jelas: ya bener-bener cuma minyak kelapa dan yang satu lagi fermentasi susu kambing ettawa. Ya kan, nggak ada komposisi bahan lainnya dengan nama-nama yang susah dibaca. 100 persen aman untuk ibu menyusui. Dan 100 persen aman kalau sedang pakai lalu si bayi ngemut-ngemut pipi Mamanya

Oke, bismillah.

Tidak kusangka, inilah titik balik kondisi kulitku. Satu pot kefir sebanyak 65gr kuhabiskan dalam 40 hari. Sebenarnya kata petunjuk, cukup pakai dua hari sekali karena kefir bekerja dengan cara eksfoliasi. Tetapi aku terus meningkatkan frekuensi pemakaiannya hingga dua kali sehari, karena aku sangaaaaaaatttt senang dan bahagia akan efeknya pada kulitku. Bukan efek instan macam orang pakai krim bermerkuri, melainkan lembab, kenyal, cerah, dan bekas luka cacar yang cepat banget pudarnya. Ada sensasi gatal saat memakainya. Beberapa orang terganggu dengan baunya, tetapi aku tidak. Mungkin karena efek yang kurasakan lebih membuatku bahagia ketimbang baunya. 

Selain itu, aku mengonsumsi Vico Capsule setiap bangun tidur dan sebelum tidur, karena kata temenku, ini sangat bagus untuk kualitas ASI. Walaupun aku tahu itu lemak, tetapi busui tidak takut lemak! Busui mah bebas makan apa aja! Hahahaa... demi bayi. 

Dan tahu gak sih... kalau dulu aku mengalami kerontokan rambut yang parah saat menyusui anak pertama, sekarang engga! Rambutku ga rontok! Aku pake kefir cuma di muka kan, dan ga hobi pakai body lotion tetapi kulit tubuhku kenyal dan lembab, yang paling kentara adalah kulit kaki pecah-pecahku yang menghilang secara misterius entah kemana. Aku sempet curiga, apa aku hamil lagi... Tapi tentu saja tidak. Aidan baru berumur 4 bulan saat itu dan ASI eksklusif, dan aku benar-benar tidak sedang hamil. 

Siapa lagi tersangkanya kalau bukan Vico Capsule yang ku konsumsi itu. Karena pada saat itu aku bener-bener nggak menggunakan produk perawatan tubuh apapun. Kyaaaa... Aku bener-bener bahagya. Aku sempat bertanya ke beberapa teman, riset kecil-kecilan, ternyata ada seorang temanku yang ibunya rutin minum minyak zaitun beberapa tahun terakhir dan kulitnya sekarang bahkan terlihat lebih sehat daripada waktu ia muda. Wow, ternyata dia memberikan nutrisi dari dalam. Soal rambut itu lho aku bener-bener takjub. Karena lazimnya ibu menyusui mengalami kerontokan rambut yang parah, tapi aku ora gaes... 

Foto before-after berselang 40 hari pemakaian kefir itu benar-benar nyata perubahannya. Sempet dijadiin testimoni sama temenku, wkwkwk. Aku malu ah ga akan aku share di sini, tapi bolehlah japri kalau kepo. Haha. 

Kemudian, aku mencoba krim SR12 yang Spot Essence, karena masih banyak flek hitam di wajahku. Mahal sih, tapi efeknya nyata banget. Aku repurchase sampai 3 kali. Setelah itu, aku pakai yg Brightening set 1 kali. Aku merasakan banget perubahannya. Tekstur kulitku jauh lebih baik, flek hitam banyak berkurang, juga lebih cerah. Kulitku sawo matang, bukan berarti aku tiba-tiba jadi putih licin gitu ya. Warna kulitku tetap sawo matang, hanya lebih cerah dan seger gitu lihatnya. Mungkin juga sebagian adalah pancaran kepercayaan diriku yang mulai terbangun lagi.

Barulah ketika Aidan genap 12 bulan dan frekuensi menyusu jauh berkurang, aku berani mencoba yang sedikit "keras" tetapi aku sangat penasaran dengan produk ini: Acne Peeling SR12. Kenapa sedikit lebih "keras"? Karena ia berani menggunakan kandungan BHA 30% yang umumnya digunakan untuk chemical peeling.

Tapi karena aku bener-bener mau menuntaskan bekas-bekas jerawat, aku beranikan diri mencoba. Kulitku memang sudah jaaaaauuhhhh lebih baik, lebih lembab, cerah, komedo dan jerawat jauh berkurang, tetapi sisa-sisa jaringan parut akibat jerawat di masa lalu masih mengganggu. Dan itulah fungsi yang ditawarkan si Acne Peeling ini, memudarkan bopeng. 

Akhirnya aku coba. Sebotol 30 ml harganya 120 ribu rupiah. Tapi pakenya maksimal seminggu sekali, itupun cuma ditutul-tutul dengan kapas. Jadi, sebotol itu lama banget habisnya.

Sensasi yang terasa, mirip chemical peeling bagi yang pernah. Cekit-cekit, gatal, sedikit perih di area lipatan hidung yang banyak komedonya. Baunya asam. Tapi setelah beberapa kali pemakaian, aku terbiasa. 

Bagaimana efeknya di aku? Satu kata: tjakeeeb. Kayanya kulitku ini termasuk cocok pake produk-produk eksfoliasi deh. Muka badak alias tebel kali, hahaha. Kalau malamnya aku pakai Acne Peel, paginya tuh kulit bagai terlahir kembali, tsah. Karena memang terlihat agak mengkilat, haluuuuus banget, dan lembab kenyal! Nggak menjadikan kulitku kering atau iritasi. Disebutkan juga, pemakaian produk eksfoliasi seperti ini berarti nggak boleh terpapar sinar matahari langsung, dan SELALU pakai sunscreen. 

Aku bolang sejak dulu, jadi sunscreen tuh wajib banget, walau gak pakai produk lainnya, tetapi sunscreen wajib buatku. 

Nah, aku jadi teringat. Bahwa dari dulu aku selalu pakai sunscreen merek W lokal. Belakangan, aku jadi ibu rumah tangga yang punya bayi, udah nggak ngantor lagi, pandemi pula; aku jarang banget pakai sunscreen ituh. Ditambah baru-baru rutinin skincare, kulitku hampir kembali normal. Lha, berarti, jangan-jangan... justru... penyebab segala masalah kulitku selama ini adalah...

Sebab aku baca beberapa review beauty blogger mengeluhkan hal yang sama. Kabarnya formula sunscreen W itu komedogenik, krimnya memang tebal dan greasy menimbulkan kesan berminyak di wajah. Lha itu kan masalah utama kulitku selama ini. Karena kondisi kulitku telah normal dan sunscreen W itu sudah lama gak kupakai, akupun memutuskan untuk coba ganti produk sunscreen. Aku pun mulai bisa mengajak Aidan bersepeda, jadi aku perlu sunscreen. Aku mencoba Skin Aqua SPF 50, sunscreen yang water based dan formulanya sangat ringan. Aku menutupi sedikit bekas kilapnya dengan sapuan bedak bayi tipis-tipis, dan langsung terlihat natural. Aku memakainya hampir setiap hari, bahkan hingga kini. Tidak ada masalah sama sekali. 

Aku nggak mau suudzon kepada sunscreen W sebagai penyebab masalah kulitku, tetapi jelas aku tidak akan pakai produk itu lagi, hehe. 

Tetapi dengan kondisi kulit yang -ALHAMDULILLAH YA ALLAH terima kasih kembali normal seperti sebelum puber dulu (lama banget kan); aku jadi kepo pengen coba macam-macam produk perawatan wajah yang semakin banyak merek dan variasinya. Setiap bulan adaaaa aja yang aku beli, sebagian besar adalah produk Korea. Aku suka banget produk Korea karena sangat ringan, biasanya efeknya melembabkan dan mencerahkan, nggak yang neko-neko tapi perubahannya terasa.

Meski mulai pede coba-coba aneka produk skin care, aku tetap sedia kefir di rumah. Beberapa kali aku mengalami masalah dengan produk yang baru aku coba, kefir menjadi penawarnya dan ia betul-betul dapat menormalkan lagi kondisi kulitku, semacam, tak peduli apapun yang telah terjadi. Aahaha. I love you so much, dear kefir. Aku belum pernah coba kefir dari produk lain tetapi beberapa temanku yang hobi kefir juga, bilang bahwa kefir SR12 paling signifikan efeknya. Aku tak bisa pindah~ pindah ke lain hati~

Sekarang, aku juga menyukai face oil. Ya, walaupun kulitku adalah tipe berminyak, ternyata menggunakan face oil tidak menjadikan kulitku semakin berminyak. Sebenarnya, yang membuat kulit berminyak dan akhirnya berkomedo-berjerawat adalah kandungan di dalam produk tersebut yang berpotensi menyumbat pori. Seperti tersangka si sunscreen W itu tadi. Sementara face oil, kandungannya nggak macem-macem. Umumnya kita dapat tahu, jenis minyak apa itu, dari mana ia disarikan. Ukurannya juga biasanya mungil-mungil, cocok untuk coba-coba. 

Pertama kali, aku menggunakan VCO SR12 untuk pijat, termasuk pijat wajah dengan menggunakan roller jade. Lalu aku menggunakan Minyak Bulus SR12. Wangi melati, aku suka sekali. Sekarang aku menggunakan Manyo Herbal Cleansing Oil

Aku membersihkan wajah dengan micellar water, lalu cuci muka dengan Senka Perfect Whip, yang sukses bikin komedo kabur dan nggak balik-balik lagi. Aku juga baru akan menghabiskan Loreal Revitalift Crystal Micro Essence yang efeknya juga sangat baik buatku, mengeksfoliasi dan mencerahkan. Beli mask sheet juga jadi hobi baruku. Maskernya dipakai, essence-nya diperas sampai menetes dan kusimpan di kulkas untuk dipakai selama beberapa hari ke depan. Tim anti mubazir, hehe. Kefir tetap dan akan selalu stand by di kulkas untuk penawar kulitku kalau tiba-tiba ada masalah. 

Saat ini, kurasa kulitku sedang berada dalam kondisi terbaiknya. Halus, lembab, kenyal, tampak sehat. Aku jadi tau glowing itu kayak gimana, ya kayak gini. Aku berhenti menggunakan krim SR12, sebenarnya hanya untuk memastikan bahwa ia tak menimbulkan ketergantungan. Yeay! Benar saja, kondisi kulitku tetap sama baiknya walau tidak lagi menggunakan produk itu. Jadi SR12 benar-benar memperbaiki kulitku dan tidak membuatku tergantung dengannya. 

Semua ini murni testimoni pribadiku ya. Aku sih sebenarnya ada stok produk-produk SR12 yang pernah kupakai, kurasakan betul manfaatnya, sehingga ingin kurekomendasikan ke orang-orang. Tapi bukan berarti tulisan ini demi jualan dan ujung-ujungnya promo. Karena aku hanya stok produk-produk yang memang biasa ku gunakan saja, seperti deodoran, Vico Oil, dan tentu saja my holy grail, my savior, si masker kefir idaman hati. Aku sengaja nggak mencantumkan foto atau link karena males aja ngiklan. Tentang produk-produk yang kucantumkan di sini, silakan cari sendiri ya. Tapi aku sangat merekomendasikannya.

Kondisi kulit wajah yang sehat tuh benar-benar berpengaruh pada kepercayaan diri. Aku nggak pernah lagi menggunakan make up full coverage seperti yang kulakukan dulu untuk menutupi kekuranganku. Sehari-hari, aku hanya pakai sunscreen, pinsil alis, dan lipstik matte berwarna pucat. It makes me look more natural. Karena aku emang punya bibir berwarna gelap, jadi lipstik pucat benar-benar dapat mengubah tone wajah jadi lebih cerah, terkesan lebih muda dan fresh daripada bibir gelap. Udah, itu aja make up yang kugunakan. 

Aku lebih memilih untuk menghabiskan uang dan waktu untuk produk perawatan. Aku meletakkan serangkaian produk skin care-ku di kamar mandi sehingga tidak ada yang kulewatkan setiap hari. Aku bisa punya me time sebentar mengapresiasi dan merawat diri sembari tap-tap-tap essence walau sudah digedor-gedor si kecil. Moms lyfe!

Aku merasa jauh lebih nyaman dengan kondisi kulit yang sehat karena nggak merasa harus menutupi apapun. Nggak merasa panik kalau bedak ketinggalan (tapi masih panik kalau pensil alis dan lipstik yang ketinggalan). Bare faced tuh tetap pede. 

Buat yang masih mengalami masalah-masalah kulit, semangat ya. Ikhtiar terus, insya Alloh ketemu deh yang cocok. Yang jelas asupan makanan, faktor stres, polusi, dan sinar matahari sangat berpengaruh pada kondisi kulit kita. Gula dan gorengan, lemak dan pedes, coba deh kurangi. Buat yang masih merasa belum perlu melakukan perawatan, bersyukur karena berarti kondisi kulitmu baik-baik saja. Tetapi aku sarankan, mulailah sekarang juga. Beda lho, kulit yang dirawat dan yang engga. Akan sangat terlihat di usia 30 tahun ke atas. Minimal masker-masker dulu deh, yang praktis. 

Eh tapi, aku nggak nyaranin masker DIY dari bahan dapur ya. Please no. Kadang orang sembarangan aja bikin artikel, pakai lemon untuk wajah, baking soda, telur, lidah buaya. Lemon tuh sebenarnya asam banget, di beberapa orang bikin kulit mereka jadi iritasi dan memerah. Lidah buaya aku pernah pakai, gatal banget juga. Baking soda juga keras. Lemon + baking soda bisa ngilangin kerak panci lho, apa kamu mau wajahmu yang lembut itu disamain dengan kerak panci? Jangan yah. Dan kalau DIY tuh kan nggak bisa ditakar, nggak bisa dijamin higienitasnya. 

Beli aja deh, jangan asal murah ya. Lihat BPOM nya, kandungannya. Beli yang sedikit dulu, dan coba satu-satu jangan sekaligus berapa produk. Sehingga kalau ada reaksi merugikan, kamu bisa langsung tahu, kira-kira ini akibat produk yang mana. Berdasarkan pengalamanku, coba-coba skin care akan membawa perubahan positif kok di kulit kita. Selama yang kita coba itu bukan produk abal-abal, tentunya. Ada yang efeknya jangka panjang, macam SKII, tapi dengan harga semahal itu aku nggak sabar nungguinnya. Aku lebih suka produk yang memberikan hasil nyata. Bukan instan, tapi nyata. Bukan mendadak putih licin, tapi memperbaiki tekstur kulit jadi lembab, kenyal, sehat. 

Yuks yuks semangat tap tap tap essence. Hihi. Appreciate yourself. Mmuach.

Komentar

Baca juga...

Pesona Danau Tiga Warna

Wied Harry Apriadji: Puasa itu Mengikuti Kesederhanaan Nabi

Menuju Kelimutu, Perjalanan Penuh Liku

Jurnalisme Sastrawi

Gunung Kunci, Benteng Kokoh di Balik Bukit