Catatan Mahasiswa Tingkat Akhir
Halo, Ken
Andari kembali lagi menulis setelah beberapa bulan terakhir ini berjuang
menyelesaikan skripsi dan melewati berbagai sidang. Alhamdulillah..
Skripsi…
Skripsi… Ah apaan sih? Kenapa harus ada skripsi? Ngapain dikerjain ribet-ribet,
itu kan cuma syarat? Nantinya juga cuma berakhir jadi tumpukan kertas!
Oh ya?
Hmm… buatku
skripsi bermakna lebih dari itu. Skripsi adalah sebuah proses yang mahal
harganya. Proses pendewasaan diri. Dulu, waktu sekolah dan kuliah, kamu punya
jadwal yang mengatur kamu. Setiap PR dan tugas ada deadline-nya, terus dinilai
apakah hasil tugas kita sesuai sama apa yang diajarkan guru/dosen.
Tapi saat
mengerjakan skripsi, kamu akan belajar untuk bertanggung jawab. Tanggung jawab
atas usulan penelitian yang kamu ajukan. Tanggung jawab untuk menyelesaikan apa
yang telah kamu mulai. Tidak ada jadwal yang mengatur kapan kamu harus
mengerjakan skripsimu. Pun tidak ada deadline yang memaksamu menyelesaikan itu.
Dosen pembimbing hanya mengarahkan, tetapi selebihnya kamu-lah yang harus bisa
mempertahankan ide penelitianmu. So, it’s all about yourself.
Buatku,
skripsi ini bermakna lebih dari sekadar tumpukan kertas atau syarat lulus
kuliah. Ini bukan tentang hasil, ini adalah sebuah proses.
Proses
mengalahkan diri sendiri; egoisme dan kemalasan. Kalau dipikir-pikir, skripsi
tuh sebenarnya buat apa sih? Ribet-ribetin aja. Toh aku belum jadi sarjana pun
udah bisa kerja! Mungkin kita sering berpikir gitu. Ah, itu namanya egois.
Apakah kita kuliah cuma untuk diri sendiri? Tidak. Ada orang tua yang selalu
menunggu kabar kelulusan kita.
Skripsi itu
biar apa sih? Biar lulus! Kalau sudah lulus kita bisa wisuda. Buat kita,
wisuda memang nggak terlalu penting. Cuma seremoni. Tetapi buat orang tua kita,
itu bermakna banyak. Itu adalah simbol kebanggaan, anaknya berhasil
menyelesaikan pendidikan, dan sekarang sudah jadi sarjana. Betapa bangganya
mereka melihat anaknya bertoga. Kita tidak bisa membalas semua limpahan materi
yang sudah mereka keluarkan untuk kuliah kita, tetapi kita bisa membuat mereka
bangga dengan wisuda. Itu adalah sebuah hutang yang harus kita lunasi. Dan
salah satu tahapan untuk menuju wisuda adalah skripsi. Makanya kita harus bisa
mengalahkan semua egoisme dan kemalasan diri, demi kebanggaan untuk orang tua
kita.
Skripsi itu
proses menguji batas kemampuan diri. Ya pikiran, ya tenaga, ya mental, ya
kesabaran. Tumpukan kertas, nilai, dan yudisium itu hanyalah simbol garis
“FINISH”. Itu hanya evaluasi dan penilaian orang lain yang melihat dari luar. Tetapi
proses yang sesungguhnya terjadi dalam diri sendiri.
Seperti aku,
makna dan manfaat sesungguhnya dari skripsi justru kudapatkan selama proses 6
bulan itu. Iya, 6 bulan. Lebih sih kayaknya. Aku harus tiga kali mengajukan
usulan masalah sebelum akhirnya diterima. Gonta-ganti judul. Ngubek-ngubek
identifikasi masalah. Udah bikin bab 2 dan 3 banyak-banyak, eh ternyata salah.
Ganti lagi. Ganti lagi. Ganti lagi. Membagi waktu dengan jadwal kerja.
Menyingkirkan pikiran galau-galau nggak penting (halahh…) Mengejar dosen
pembimbing ke sana ke mari. Sidang sendirian, pembimbing ga ada yang dateng, ga
ada yang ngebela. Ujung-ujungnya ditangguhkan. Ah sedih. Harus revisi, rombak
lagi, bener-bener rombak. Ah ya… pasti kamu tau gimana rasanya.
Berat memang,
proses yang demikian mahal dan melelahkan. Tapi aku tidak sekalipun merasa
waktuku terbuang sia-sia dalam proses pengerjaan skripsi yang lama itu. Karena
selama itu pula-lah aku belajar. Aku belajar banyak hal, membaca banyak buku,
mewawancarai banyak orang, menyaring berbagai perspektif, lalu belajar
membahasnya dengan kritis. Aku memperluas wawasan.
Aku belajar
sabar menghadapi berbagai cobaan. Sabar… kerjakan saja pelan-pelan. Aku belajar
ikhlas menerima kenyataan saat aku harus gagal atau tertinggal dari teman-temanku
yang lain. Aku belajar bersyukur dan mengambil sisi positif dari setiap
kejadian. Aku belajar berlapang dada dan bersiap menghadapi kemungkinan
terburuk. Ibuku selalu bilang, berdoa sudah, berusaha sudah. Kalau ternyata
yang terjadi tidak sesuai harapan, berarti itu bagian dari rencana Allah untuk
menguji kita. Sering kita berpikir kita tidak mampu dan
hampir menyerah, namun Tuhan memberikan ujian justru karena ia
percaya kita mampu. Karena ia mengenal kita melebihi diri kita sendiri.
Aku bisa
bilang, aku adalah orang yang berbeda jika dibandingkan dengan aku dulu sebelum
mengerjakan skripsi. Aku punya kematangan sikap dan pikiran yang berbeda. Aku
berkali-kali jatuh, dan berkali-kali itu pula aku belajar bangkit. Itu adalah
proses pendewasaan diri yang terlalu berharga untuk bisa dinilai dengan huruf
mutu A-B-C saja. Nilai skripsimu yang sesungguhnya dilihat dari seberapa besar
proses pembelajaran dan pendewasaan yang terjadi di dalam dirimu.
It’s all
about journey, not destination.
Dari
skripsi, aku belajar mendekatkan diri kepada Allah. Bersyukur atas setiap
kesempatan dan pembelajaran yang Ia berikan. Berterima kasih atas doa-doa yang
Ia kabulkan.
Kedua orang
tuaku, yang selalu jadi motivator terbesarku. Mereka dengan sabar menguatkan hatiku untuk
selalu mengerjakan, biarpun
perlahan tapi pasti. Untuk
selalu ikhlas dan sabar atas segala cobaan. Nggak pernah bosan ngingetin untuk
jaga kesehatan, jangan begadang, jangan telat makan, jangan lupa minum vitamin.
Mengingatkan aku untuk bangun pukul 3 pagi, solat lalu mengerjakan lagi. Walaupun
aku
tahu betul mereka sangat mengharapkanku untuk lekas wisuda, namun mereka tidak pernah menekan aku dengan
menuntut ini-itu. Terima kasih Pak, Bu, atas pengertiannya. Aku akan jadi
apapun yang kalian inginkan.
Semoga suatu saat Allah mengizinkanku membalas kasih sayang kalian.
Aku
ingin berterima kasih dan bilang “kangeeeeennn…!” sama anak-anak Jurnal 07, yang
selalu membuat
Jatinangor terasa begitu nyaman. Ah,
tau nggak sih, salah satu pelecut semangatku setiap kali aku merasa down saat
mengerjakan skripsi? Video ini!
It’s
so beautiful… Sering banget saat aku ngerasa down, capek, enggan ngerjain, aku
setel lagu Tyler Hilton itu sebagai penyemangatku. Ayo Ken, keep on… keep on… when you can’t understand, but you’re
starting to see, it’ll work in the end. You just got to believe, keep on… keep
on… Terus aku nangis. Terharu, karena dari lagu itu aku mendengar
teman-temanku tulus menyemangati. Terima kasih teman-teman! Aku kangen!
Ditangguhkan dalam artian kenapa ya kak? Tolong jelasin pengertian dan alasan hasil sidang skripsi ditangguhkan kak:), makasih kak 🙏
BalasHapus