Tulisan Tangan

Teknologi memang diciptakan untuk memudahkan pekerjaan manusia. Namun tetap saja, dalam hubungan interaksi antar manusia, banyak hal yang tak bisa tergantikan, bahkan oleh teknologi paling modern sekalipun. Contohnya, meski saat ini berkomunikasi semakin mudah menggunakan berbagai perangkat seperti telepon, SMS, chat, instant messenger, bahkan video chatting, tetap saja, semua tak bisa menggantikan peran komunikasi tetap muka. Meski sekarang kau bisa punya ribuan teman maya di facebook atau jutaan followers di twitter, tetap tak ada yang akan bisa menggantikan sepuluh sahabatmu. Dan meski sekarang sudah ada berbagai perangkat teknologi untuk mengirim pesan singkat, mengetik lebih cepat, serta berbagai font tipografi, buat saya, tetap tak ada yang bisa menggantikan tulisan tangan. 

Ya, tulisan tangan. Hampir setiap hari orang menulis dengan tangan. Dan tulisan tangan itu seperti sidik jari, tak ada tulisan orang yang sama persis. Bahkan kita bisa membaca karakter dan sifat seseorang dari tulisan tangan, bahkan perasaannya ketika itu! Tulisan tangan sebenarnya adalah tulisan dari otak manusia yang merupakan gambaran kepribadian setiap individu. Pikiran manusia secara sadar menentukan apa yang Anda tulis dan alam bawah sadar mengontrol bagaimana cara kita menulis. Jadi, analisa tulisan tangan adalah studi tentang tulisan tangan seseorang untuk menilai karakter kepribadian seseorang. Otak manusia seperti sebuah komputer, yang mengontrol apa yang kita lakukan, apa yang kita rasakan/inginkan dan apa yang menjadi kebiasaan kita dan tangan yang kita miliki adalah seperti sebuah keyboard pada komputer yang hanya merupakan ”alat” untuk menuliskan apa yang diperintahkan oleh otak kita. 

Semua orang memiliki kekhasan goresan tangannya masing-masing. Dan aku membuktikan, bahkan setelah bertahun-tahun kemudian, kau masih akan bisa mengenali tulisan tangan kawanmu, dengan goresan khas mereka. Disadari atau tidak, tulisan tangan temen-temen SD/SMP/SMA bisa begitu melekat dalam memori kita. Saat-saat dulu saling mencontek PR kawan, menyalin catatan dari buku kawan, menulis biodata dan kesan di agenda, atau bahkan surat-surat cinta dari pacarmu semasa sekolah. Coba deh, kau masih ingat tidak, tulisan tangan kawan-kawanmu? 

 Beberapa waktu yang lalu aku berkesempatan ketemu dengan sahabat-sahabatku semasa sekolah menengah. Wah, senang sekali rasanya, terutama dengan mereka yang sudah bertahun-tahun tidak bertemu. Di saat temen-temen sibuk jeprat-jepret pake kamera, aku iseng mengeluarkan buku dan pulpen. Lalu kuminta mereka satu per satu menuliskan tulisan tangan mereka di bukuku. Ada yang ngaku-ngaku “Tulisan gue udah berubah Ken, rada bagus tulisan gue sekarang mah!” tapi pas nulis, doeeenggg…!!! Tetep aja kayak sandi rumput, hahaha (Riyan Suhendra, peace ^.^V)
  Adalah sebuah ilmu bernama "grafologi", yang dengannya kita dapat menganalisis makna dari tulisan tangan. Bukan hanya kepribadian, namun juga karakter dan kecenderungan perilaku seseorang. Ini ilmu tua, lho. Buku pertama tentang grafologi ditulis oleh Camillo Baldi, seorang dokter asal Itali pada tahun 1622. Tahun 1872, Jean Michon menerbitkan bukunya yang menjadi buku pokok grafologi pada saat itu. Tak lama kemudian, universitas-universitas di Eropa mulai memberi gelar Ph.D. atau Master di bidang ini. 

Dalam grafologi, yang dinilai atau dilihat bukan apa yang tertulis (pikiran sadar) namun arti dari setiap lengkungan, titik, garis tekanan, ukuran, konsistensi dan lainnya (pikiran bawah sadar). Karena setiap manusia merupakan makhluk yang otentik, maka dalam Graphologhy setiap tulisan bahkan coretan tangan adalah sebuah informasi berharga yang mampu menguak apa yang ada dalam pikiran bawah sadar seseorang. Ia merupakan metode yang mengukur spontanitas seseorang dan komunikasi non verbal yang berasal dari dalam diri seseorang. Nah, kalo tulisannya mirip sandi rumput, berarti dia suka makan rumput. Kalo tulisannya bulet-bulet, kemungkinan orangnya juga bulet. Kalo tulisannya tebal dan ditekan, berarti ia punya energi yang cukup besar saat menulis, entah marah atau amat percaya diri. Sedangkan karena tulisanku imut-imut, tak bisa terbantah lagi bahwa memang seimut itulah orangnya. *skip 

Begitulah, aku suka mendokumentasikan tulisan tangan teman-temanku. Tulisan tangan, tetap punya sentuhan personal, yang tak bisa digantikan oleh perangkat-perangkat digital. Sering aku merindukan masa-masa dahulu, saat penggunaan ponsel dan internet belum sepopuler saat ini. Ah, kau tau kan, waktu kita masih SD, lalu majalah Bobo jadi bacaan favorit kita. Di rubrik “Apa Kabar Bo?” kita saling berkirim surat ke Bobo si Kelinci Biru, lalu kita juga melihat alamat sahabat Bobo lain yang suratnya dimuat di rubrik itu. Kemudian kita mengirimkan surat kepada mereka, dan jadilah SAHABAT PENA! Ah yaa… sudah berapa lama aku tak mendengar kata itu: sahabat pena. Padahal saat itu berkirim surat adalah salah satu hobiku, dan filateli (koleksi perangko) masih jadi hobi yang populer. Ingatkah kau kawan? Aku juga teringat dahulu saat menjelang lebaran sibuk berkirim kartu lebaran, sambil menunggu-nunggu datangnya kartu lebaran dari sahabat-sahabatku. Seru banget kayaknya. Sejak H-7 lebaran, Pak Pos sudah bolak-balik datang ke rumah, dan aku bukan main senangnya, menerima semua kartu lebaran dari sahabat-sahabatku. Kartu lebarannya lucu-lucu, plus pesan-pesan lucu juga, yang ditulis dengan tangan, tentu saja. Saat ini, tak ada lagi kartu ucapan menjelang lebaran. Yang ada hanyalah traffic yang padat di SMS. Semua mengucapkan selamat lebaran lewat SMS hasil forward. Tak ada lagi sentuhan personal itu. Apalagi kalo di BBM, mungkin ucapan lebaran itu disebarkan via broadcast di BBM grup. Ah…gak seru. 

Saya emang termasuk orang yang ketinggalan kalo soal gadget/perangkat komunikasi saat ini. Saat orang-orang pake BB, saya sebisa mungkin menghindarinya. Saat orang-orang beli komputer tablet, saya coba bertahan sama si Acer yang batrenya bahkan udah DIE dalam 5 menit ini. 

Beberapa waktu yang lalu saya datang ke seminar tentang New Media, pastinya yang datang ke sana adalah anak muda digital native semua. Saat seminar berlangsung, semua pada pegang iPad. Oh sekarang tuh nyatet seminar udah pake iPad juga ya. Saya nyoba sih, dan gak nyaman. Saya lebih suka buku catatan saya. Saya mulai punya buku harian sejak kelas 3 SD. Kalo dikumpulin, mungkin udah ada satu dus buku harian saya. Sampe sekarang pun saya masih setia sama yang namanya buku harian, di mana saya bebas menulis, menggambar, bikin kalender to do list, nyatet utang + pengeluaran, nyoret-nyoret, bikin bunga-bunga dan matahari di atas tulisan saya… trus diwarnain pake spidol…ditempel-tempelin foto, bunga edelweiss, bahkan kecupan lipstick.. hal-hal seperti itu yang buat saya nggak akan bisa digantikan dengan perangkat teknologi secanggih apapun.
    Kalo lagi iseng baca-baca buku harian dari jaman dahulu kala, seru. Bisa kelihatan dari tulisan tangan saat saya berbunga-bunga, lagi emosi jiwa, lagi galau… saya juga bisa lihat perubahan sikap dan kedewasaan saya di buku harian… betapa semakin tahun semakin jarang terlihat tulisan gede-gede, coret-coret penuh kemarahan, hehe… saya semakin stabil. Yah, begitulah saya mengenang masa-masa dahulu, saat teknologi belum menggantikan sentuhan-sentuhan personal dalam buku harian, surat, dan tulisan tangan. Saya merindukannya.

Komentar

  1. ahahaha,, masa cii tulisan gw ga berubah??
    tpi emang sii ken, temen2 gw yang pada baru kenal sekarang juga pada ga nyangka kalo pas gw mesen makanan di restoran and harus nulis tangan tulisan gw Kaya SANDI RUMPUT, ahahah
    #mungkin cuma penampilan gw aja yg rada berubah dikit, tulisan tangan NOTHING AT ALL!!
    akakak

    BalasHapus
  2. Emaaaaaaaaaaangggg,, gue kira tulisan lo udah berubah hee, gataunya sama aja. gue bakal inget terus tuh tulisan lo yang tiada duanya itu

    BalasHapus
  3. ahahaha,, yakin loo bakal inget teruss??

    siap siap gw test suatu saat nanti yaa,,,
    ahahaha

    BalasHapus
  4. nice text ken :)
    love it, two thumbs up!!

    BalasHapus
  5. aku ingat tulisan dienar, satu yang masih kusimpen di binderku bunyinya gini: "My partner, tadi dien ke sini tapi kamunya ga adaaaa..." (ditulis waktu kelas 4 kalo ga salah)

    BalasHapus
  6. Artikel yang menarik,
    Salam kenal dari Tutorial Blog.

    BalasHapus
  7. terima kasih, semoga bermanfaat! salam kenal:)

    BalasHapus

Posting Komentar

Baca juga...

Pesona Danau Tiga Warna

Menyusui Pasca Operasi Payudara

INDONESIA: Places I Should See Before I Die (Part 1)

Mengintip Lahan Dakwah di Pulau Nanga

Gunung Kunci, Benteng Kokoh di Balik Bukit