Wied Harry Apriadji: Puasa itu Mengikuti Kesederhanaan Nabi
Beberapa waktu yang lalu, aku
mewawancarai pakar gizi dan makanan sehat, Wied Harry Apriadji. Ia dulu membawakan acara Harmoni Alam di Trans TV. Aku
menyerap banyak ilmu dan kearifan dari beliau, tentang bagaimana menghargai
tubuh kita, dengan tidak memasukkan sembarang makanan ke perut. Pak Wied ini
termasuk orang yang menjalankan diet food
combining, ia juga cenderung vegetarian dan cenderung raw foodist.
Beliau ini orang Katolik, namun pada
saat kami
bertemu, ia sedang puasa. Memang sih, Pak Wied berpuasa untuk detoks tetapi sebagai orang Muslim aku
malu juga betapa ia sangat menghargai kearifan yang
dicontohkan Nabi Muhammad tentang makanan, sementara aku sendiri masih suka
bandel tidak menghiraukan. Menyambut puasa Ramadan, ada baiknya juga menyimak
sedikit petikan wawancara kami.
Anda menjalankan diet food combining, yang cenderung memilah
makanan berdasarkan pola dan waktu kerja sistem pencernaan. Mengapa?
Tuhan sudah menciptakan kita begitu
sempurna, termasuk sistem pencernaan kita yang bekerja sedemikian rumitnya. Tetapi
jangan mentang-mentang sempurna, lalu kita sembarangan memasukkan makanan ke
dalam perut. Kalau kita mau bersyukur atas pemberian Tuhan, sudah semestinya kita jaga.
Dengan food combining, kita berusaha
memahami cara kerja sistem pencernaan, lalu kita selaraskan dengan makanan agar
pembakaran itu efisien dan penyerapan nutrisi juga maksimal.
Pola makan kebanyakan orang saat ini makan pagi, siang, dan malam dengan kombinasi yang sama;
pakai nasi, protein hewani seperempat piring, dan sayur hanya sebagai hiasan. Setelah pensiun masuk rumah sakit kena asam urat, diabetes, dll itu dianggap
wajar. Padahal, tidak juga. Tubuh manusia yang sehat bisa sampai usia
100 tahun. Orang-orang dulu, meninggalnya memang karena sudah tua,
bukan karena sakit. Tetapi orang zaman sekarang usia 40-an saja keluhannya
sudah macam-macam, keluar masuk RS.
Pola makan yang baik itu seperti
apa?
Tidak perlu terlalu kaku. Pagi-pagi, sarapan yang paling tepat adalah buah-buahan karena seratnya mudah dicerna, gulanya juga mudah diserap. Boleh makan nasi juga, yang penting porsi sayurannya minimal setengah piring. Dan kalau bisa, sayuran mentah. Pada buah dan sayuran mentah terdapat enzim, yang sangat penting untuk tubuh. Enzim ini, seperti juga vitamin, bisa rusak jika dimasak.
Tidak perlu terlalu kaku. Pagi-pagi, sarapan yang paling tepat adalah buah-buahan karena seratnya mudah dicerna, gulanya juga mudah diserap. Boleh makan nasi juga, yang penting porsi sayurannya minimal setengah piring. Dan kalau bisa, sayuran mentah. Pada buah dan sayuran mentah terdapat enzim, yang sangat penting untuk tubuh. Enzim ini, seperti juga vitamin, bisa rusak jika dimasak.
Siang, baru makan padat, karena saat
itu pencernaan kita sedang aktif bekerja. Tetapi ingat porsi dan kombinasi,
jangan terlalu banyak. Malam juga boleh makan tetapi kalau di atas jam 8 lebih
baik makan yang ringan-ringan saja, seperti minum jus, agar kerja pencernaan
tidak terlalu berat dan proses penyerapan nutrisi di malam hari berjalan
maksimal. Selain itu, jangan lupa untuk melakukan detoksifikasi.
Seperti yang sedang Anda lakukan ya?
Ya, betul. Saat ini saya sedang menjalankan
puasa 24 jam, selama 40 hari berturut-turut. Ini saya lakukan untuk
detoksifikasi.
Seperti apa puasa Anda, samakah dengan puasanya orang Muslim?
Tidak, saya tidak sahur. Saya hanya
makan sekali, yaitu saat maghrib. Saya memperlakukan diri saya sebagaimana saat
Ramadan. Saat buka saya minum air kelapa, lalu buah, selanjutnya saya berhenti
sejenak seolah-olah saya pergunakan untuk shalat. Jadi sekitar 5-10 menit
sampai makanan itu turun dulu. Lalu saya lanjutkan makan dengan menu
vegetarian. Sebelum tidur biasanya saya minum jus buah.
Ramadan nanti biasanya saya akan diundang untuk mengisi talkshow tentang sehat saat
puasa. Jadi ketika saya memberikan saran, orang nggak bisa bilang, “Ah Pak Wied
sih enak non-muslim, nggak puasa,” Lho saya puasa juga. Ibu puasanya cuma 30
hari, saya 40 hari. Ibu puasanya 14 jam, saya 24 jam. Sambil puasa saya masih
menulis, masih berkebun, mengisi talkshow, bahkan fitness.
Sebenarnya puasa dalam Islam itu bisa untuk detoks juga?
Oh
tentu, jika dilakukan dengan niat dan cara yang betul.
Bagaimana tips puasa yang betul?
Yang utama, tidak berbuka puasa dengan yang
manis gula. Kolak, sirup, teh manis, tidak. Ketika perut kita kosong seharian, langsung dimasukkan gula
itu akan
memicu lonjakan kadar gula dan kolesterol dalam darah.
Nabi Muhammad mencontohkan berbuka dengan air putih dan 3 butir kurma. Lalu orang ada yang bilang, yah Pak Wied, pada zaman Nabi itu kan nggak ada es campur, es doger dsb. Eh
saya sebagai non muslim tersinggung lho Anda bilang begitu. Itu namanya kearifan. Nabi kan juga punya kurma. Nah, kurma itu kalo dibiarkan lama-lama keluar madunya. Kenapa Nabi mencontohkan makan buah kurma, bukan minum
madunya kurma yang manis?
Saya belajar biokimia, lalu saya
tahu hikmahnya bahwa di dalam kurma itu ada kandungan serat betadeglukan yang bisa
membantu mengendalikan kenaikan kadar gula darah. Betadeglukan hanya ada di buah kurma, bukan madu ataupun sari kurma. Jadi manis alami dan betadeglukan dari kurma itu tidak langsung membuat kadar gula darah kita melonjak
drastis.
Kalau
tidak ada kurma, ya makan buah atau air kelapa muda yang kaya elektrolit dan
gula alami. Saya selalu minum air kelapa muda untuk
berbuka puasa. Tidak perlu ditambah sirup, es, buat apa? Alami saja sudah enak.
Yang dingin, manis, segar, itu kan keinginan
kita, bukan tubuh kita. Kita kan puasa untuk belajar mengendalikan hawa nafsu. Jangan puasa saja, spiritnya nggak ikut naik.
Banyak
ibu-ibu mengeluh, saat Ramadan budget belanjanya bisa 2-3 kali lipat dari bulan biasa. Kenapa ya, bukankah mestinya jatah
makan kita berkurang? Harusnya kita bisa menghemat sampai 40% saat Romadon,
untuk kemudian kita alihkan ke amal sedekah. Ya
kalau malah membengkak, itu aneh dan salah. Kemarin saya
mengisi talkshow di Aceh, di sana Ramadan itu disambut sangat meriah.
Sampai-sampai ada anggapan, bekerja 11 bulan, habiskan dalam 1 bulan, maksudnya Ramadan. Setuju, tetapi jangan
habiskan untuk makanan. Orang Aceh itu, kalau makan harus ada santan, daging,
kepiting, pedas pula, apalagi menjelang berbuka, makanan apa saja ada. Nah itu,
apa iya mesti diikuti semua?
Bagaimana
kalau hasil kerja 11 bulan itu dihabiskan untuk
amal
di bulan Ramadan? Detoks iya, ibadah juga iya. Nah sekarang antara kultur, hidup sehat, dan anjuran
Nabi, kenapa kita tidak bisa berkompromi?
Karena
puasa saya adalah puasa 24 jam, saya tidak sahur. Tetapi istri saya, kalau
Ramadan puasanya malah full. Itulah saat yang tepat buat dia detoks, karena
ibu-ibu tetangga tidak mingin-mingini dia, haha.. Sahur juga bangun dia,
pagi-pagi saya sering lihat bekas kupasan mangga atau apel. Memang saat puasa,
paling baik itu energinya dari manis alami buah-buahan. Suka ada yang protes,
sahurnya buah doang Pak? Yah... laper dong Pak?
Lho...
kalau ndak mau laper ya ndak usah puasa tho. Bukankah justru itulah esensi
puasa, agar kita bisa menghayati rasa lapar saudara-saudara kita yang miskin,
supaya penghematan belanja yang 40% itu bisa kita alihkan untuk beramal
membantu mereka. Ya kan?
Keluar
dari comfort zone itu susah. Membiasakan
makan sederhana itu memang nggak gampang, tetapi justru itulah kita berpuasa,
supaya bisa menahan makan makanan yang berlebihan buat tubuh kita. Jangan
sampai budget bengkak hanya untuk menu berbuka atau sahur, karena puasa
itu intinya adalah mengikuti kesederhanaan Nabi.
Dalam Islam dikenal konsep makanan
itu harus halal dan thoyyib. Sebenarnya sejauh apa pengaruh
makanan bagi diri kita? Tidak hanya untuk kesehatan fisik, tetapi juga dalam
hal kestabilan mood dan emosi, kecerdasan, dsb.
Ohya, sangat berpengaruh! Apa yang kita
makan sehari-hari bisa sangat berpengaruh pada emosi dan temperamen. Kita bisa lihat bahwa suku-suku yang kebiasaannya memakan
banyak daging, mereka
cenderung lebih temperamental. Ada penjelasannya. Sebelum disembelih, binatang itu stress dan tertekan. Ketika stress, kadar hormon kortisol atau hormon stres
mereka meningkat drastis, dalam darah dan daging. Lalu jika daging hewan tersebut kita makan, kita akan lebih mudah stress.
Sebaliknya,
para pelaku spiritual tertentu yang tidak makan daging, atau orang-orang di
daerah tertentu yang gemar mengonsumsi sayuran mentah, itu lebih halus tutur
bicaranya. Orang yang tinggal pegunungan, lebih dekat dengan makanan asli,
mereka lebih mudah diajak kerja sama.
Kemarin saya baca buku Sufi Healing. Di situ tertulis, Nabi Muhammad SAW pernah berkata makanan terbaik bagi kita adalah yang dipanen atau dibawa tidak lebih dari satu malam perjalanan unta. Tidak disebutkan untanya berlari atau berjalan. Misalnya kita di Jakarta, merujuk pada sabda Nabi itu kalau dikira-kira jarak yang bisa ditempuh unta dalam satu malam, berarti makanan terbaik buat kita adalah dikirim paling jauh dari Tasikmalaya ya, oh atau Banten. Fresh food. local food.
Lha coba makanan kita sekarang, susu didatangkan dari New Zealand, pisang
dari Afrika, jeruk dari Cina, daging dikalengkan dari Amerika. Kita
sudah tidak tahu lagi dari mana ia berasal dan bagaimana ia diproses.
Itu bukan makanan terbaik.
Selain itu, makanan
terbaik buat kita adalah yang paling mendekati bentuk aslinya. Orang dulu kan cemilannya singkong-pisang kukus, ubi rebus, kacang rebus, atau potongan buah-buahan biasa. Ya memang makanan-makanan seperti itulah yang aman untuk metabolisme kita. Anak zaman sekarang susah sekali makan
sayur, sukanya nugget, sarden, keik, biskuit. Orang tuanya juga lebih suka memberikan mereka minuman vitamin yang manis-manis, suplemen
ini-itu, vitamin tambahan dalam kapsul, dll.
Pendek kata, you are what you eat, betul Pak?
Saya tambahkan, bukan hanya what, tetapi juga how you eat. Orang sekarang kalau makan jarang mengunyah. Semakin
lembut sepotong brownies, semakin disukai. Kalau yang
berserat seperti apel malas makannya. Atau kalau makan cepat-cepat, satu-dua
kunyahan langsung ditelan.
Padahal Tuhan menciptakan organ cerna
kita mulai dari mulut, bukan dari perut. Proses mengunyah menghasilkan banyak
ludah, dan mengaktifkan kelenjar anti stress di otak kita. Kenapa orang jaman sekarang mudah emosi, karena mereka makannya
cepat-cepat, tidak dikunyah. Kadang sambil jalan. Padahal Nabi Muhammad sudah
menganjurkan untuk mengunyah makanan sampai 44 kali sebelum ditelan.
Kita
tidak pernah dilarang untuk bisa makan
kenyang dan
enak, yang penting adalah tidak kekenyangan. Bukankah Nabi dulu mengatakan, “berhentilah makan sebelum kenyang” dan “Perutmu
itu sepertiganya untuk makanan, sepertiga untuk minum, dan sepertiganya untuk
udara,”Artinya kalau makan jangan sampai kekenyangan.
Coba
lihat kepalan tangan kita, lambung kita besarnya hanya segini lho. Bayangkan
kalau pagi-pagi kita masukkan lontong, nasi sepiring, ayam satu potong, sup
semangkok. Lambung dan usus memang bisa melar hingga 12 kali dari ukuran asli,
tetapi ya tidak ada lagi sepertiga perut itu. Yang ada malah kita jadi buncit.
Sebenarnya kebanyakan kita sudah tahu lho makanan-makanan apa
saja yang dapat mendzalimi tubuh kita. Tetapi kita
seringkali nggak menghiraukan. Kita harus pahami
bahwa Tuhan menciptakan tubuh kita demikian sempurna. Jadi harus kita ikuti kearifan itu,
dan bersyukur dengan cara menjaganya.
***
Just Wanna say proud of you,you can made this blog with much knowledge from many people n place, Proud to be friend of you (if you think i'm still)
BalasHapusthank you and who are you?
HapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
HapusMantap hasil wawancaranya, euy, Ken! Nambah ilmu dan wawasan.
BalasHapusyg menggelitik adalah. kenapa saat puasa malah budget belanja makin besar? karena harga sembako meningkat? tidak.. harga meningkat itu karena permintaan naik sementara persediaan tidak bertambah.
BalasHapuscoba bayangkan, kalo puasa ramadhan itu spt yg disampaikan pak wied, pasti gak banyak kehebohan ttg kenaikan harga2 sembako.
Ketika saya mulai mengubah pola makan ke Fc begitu byk cibiran dan ledekan dari teman" di kantor. Alah gaya loe hidup sehat paling tahan sebentar,, ngapain juga nyiksa diri dgn milah milih makanan nyari duit itu buat nikmati hidup so mkn ja yg loe suka . hhhmmmm kl lg waras saya kasi penjelasan tp kl lg males bodo amat lah. Yg penting jln yg qt pilih ini baik.
BalasHapusSubhaanalloh, mencerahkan
BalasHapusSungguh puasa memberikan pembelajaran yang sangat bermakna, menyeimbangkan jasmani dan ruhani. pola makan, menu makanan dan seterusnya yang telah diuraikan menjelaskan bagaimana makanan mempengaruhi perkembangan ruhani.
ijin share ya mbak...
BalasHapus