Postingan

Menampilkan postingan dengan label Parenting

Jagalah Allah, Allah Akan Menjagamu

Sulungku telah menginjak usia 6 tahun. Semakin pandai berbicara, semakin luwes mengelak. Aku tak selalu bisa jadi bundadari saat menghadapinya. Sering capek hati, capek ngomel, tapi mudah-mudahan aku selalu ingat untuk memohon pertolongan pada Allah Sang Pemilik Kekuatan yang tidak pernah capek.  Ya Allah lindungilah anak-anakku dari keburukan lisanku, dari keburukan tanganku, dari keburukan sifatku.  Jagalah kesucian dan kebersihan hati mereka.  Kuatkanlah aku untuk selalu sabar... Lembutkanlah hati mereka agar mudah menerima nasihat dan menerima ilmu... dan lembutkanlah hati dan lisanku untuk mereka... Kedua doa itu tidak pernah absen, kadang sampai berkaca-kaca mataku saat curhat sama Yang Maha Membolak-balikkan Hati . Karena aku menyadari sepenuhnya, aku bukanlah bundadari yang sempurna, aku masih tidak sabar, aku masih sering marah, aku sering capek dan terlalu ngantuk untuk menjaga mereka. Terutama si sulung, Ali, yang telah mampu memanjat tembok pagar dan kabur wal...

Memilih Sekolah untuk Anak

Gambar
Setiap orangtua pasti menginginkan pendidikan yang terbaik untuk anak-anaknya. Tapi, terbaik itu seperti apa? Versi siapa? Dilihat dari aspek apa? Menurut Charlotte Mason, ada tiga pertanyaan penting yang harus bisa dijawab oleh orangtua saat mereka ingin bertanggung jawab penuh atas pendidikan anak-anaknya.  Mengapa anak perlu belajar? Apa yang perlu dipelajari? Bagaimana sepatutnya mereka mempelajari itu? Mengirim anak ke sekolah, membayari mereka les ini-itu sebenarnya lebih mudah daripada menjawab pertanyaan, "Mengapa saya mengirimkannya ke sekolah itu? Untuk apa saya menyuruhnya les ini-itu?" Jawaban sebaiknya tidak berhenti pada "ya biar bisa aja." Kalau jawabannya begitu, sudah pasti kita kepingin anak kita menjadi serba bisa, melebihi si ini-si itu, lalu kita berusaha membekali mereka sedini mungkin dengan segudang aktivitas yang merampas kebahagiaan bermain bebas. Kita mesti jernih melihat bahwa kini, pendidikan telah menjadi suatu produk, dan orangtua ta...

Tidak Jadi Apa-Apa

Gambar
"Mama, dulu cita-citanya jadi apa?" / Jadi wartawan, kenapa? / "Kenapa sekarang Mama nggak jadi apa-apa?" Aku tertawa tapi sebenarnya getir juga. Mama bisa jadi editor kalau nggak resign demi Ali, Nak. *** Dua kali aku merelakan karierku untuk nurut permintaan orangtua. Pertama, dulu saat sambil kuliah aku sudah kerja sebagai wartawan di Bisnis Indonesia Bandung . Tapi kemudian ibu memintaku berhenti dan fokus menyelesaikan skripsi. Lalu 5 tahun kemudian, setelah aku menikah, hamil, lalu Ali lahir, bapakku berkata, "Sekarang sudah punya anak, maka anak ini tanggung jawabmu, bukan tanggung jawab Bapak-Ibu. Mau ambil pembantu-kah, mau ditaro di day-care kah, atau kamu berhenti kerja, terserah. Pokoknya jangan dikasih ke Bapak-Ibu, Urus anakmu sendiri." Yoi, setegas dan setega itu Bapakku. Tapi bener.  Pada saat itu, kami masih tinggal di Jakarta, dan untuk mencari pengasuh bayi maupun mencari day-care yang mau mengasuh bayi usia 3 bulanan tidaklah mudah. ...

Anak 4 Tahun Minta Sunat

Gambar
Ya, alhamdulillah tanggal 8 Februari lalu Ali sudah dikhitan. Lega, bangga, sebagai orangtua. Banyak yang bertanya, apakah betul itu keinginannya sendiri atau kami suruh? Atau apa karena Ali sakit?  Khitan memang bisa menjadi solusi bagi anak lelaki yang mengalami infeksi saluran kemih berulang. Namun bagi Ali, kali ini ia benar-benar memintanya sendiri.  Seperti banyak anak lain, Ali awalnya penasaran tentang khitan setelah nonton episode Upin-Ipin. Daebak emang yah Upin-Ipin tuh. Bisa encourage anak untuk khitan tapi tidak menjanjikan iming-iming yang berlebihan. Yang Ali tangkap, anak yang mau khitan akan digendong di pundak sama kakeknya, boleh solat di depan, dan boleh minta apa aja. Ada adegan di mana Upin-Ipin minta bikinin susu, kue coklat, panggil kak Ros bolak - balik sementara mereka berbaring di tempat tidur sambil main pesawat dan dijenguk teman! Dan kak Ros gak boleh ngomel! Hahahha... Sejak episode itu, dia nanya mulu ke orang2. Ke aku, ke ayahnya, omnya, abah y...

Ali Ompong

Gambar
Tahun 2020 datang bersamaan dengan hujan yang menderu-deru. Banjir yang datang tanpa peringatan, menyesakkan. Syukur alhamdulillah rumahku aman dari banjir. Namun, keluargaku tidak aman dari virus-virus yang menyebar di musim hujan. Berawal dari Aidan yang sakit mata, plus demam dua hari dua malam. Lalu merembet ke aku, sakit matanya. Badan mulai ga enak tapi masih kuabaikan. Jumat pagi, si Ayah sakit ga masuk kerja. Seharian kian parah. Aku juga, tapi aku segera minum obat dan dikerok. Abis dikerok, aku ngerokin, hahaha... Yah mana ada istri/ibu bisa sakit dan istirahat... Jumat malam suamiku ke dokter karena kian lemas, tapi ia meminta kami tidur di atas sementara ia tidur di kamar bawah sendirian. Aidan sudah membaik namun tidurnya masih gelisah. Suamiku pun mengerang-erang, mengigau, menggigil, demam sangat tinggi gak turun-turun. Aku bolak balik baik turun, tentu saja, mengompresnya, mengisi botol hangat, memberikannya minum... Naik lagi menyusui aidan dst. Dalam keadaan gak fit j...

Ibu, Jangan Diam Saja! (Menyikapi Bullying terhadap Anak)

*Kisah Dialog antara Bilal dan Abu Dzar Al-Ghifari* Saat itu para sahabat berkumpul dalam satu majelis, sementara Rasulullah tidak bersama mereka. Khalid bin Walid, Abdurrahman bin Auf Bilal, dan Abu Dzar duduk di dalam majelis. Orang-orang berbicara mengenai satu topik pembicaraan. Lalu Abu Dzar berbicara dan menyampaikan sebuah usulan, "Aku mengusulkan agar pasukan diperlakukan demikian dan demikian." Tiba-tiba Bilal menimpali, "Tidak, itu adalah usulan yang salah." Lantas Abu Dzar berkata, "Beraninya kamu menyalahkanku, wahai anak wanita berkulit hitam?" La Ilaha illallah. Bercerminlah engkau. Lihatlah siapa dirimu sebenarnya?" Seketika itu Bilal berdiri dengan terkejut dan marah sambil berkata, "Demi Allah aku akan mengadukanmu kepada Rasulullah", lalu Bilal pun pergi kepada Rasulullah. Kemudian.. Ketika Bilal sampai kepada Rasulullah dia berkata, "Wahai, Rasulullah maukah engkau mendengar apa yang telah dikatakan oleh Abu Dz...

Bayiku Jatuh dari Ranjang!

Meski kejadian itu sudah dua bulan berlalu, tapi tiap kali mengingatnya hati masih terasa kebat-kebit. Masya Allah, bisa-bisanya bayi 1,5 bulan jatuh dari ranjang! Ibu macam apa aku ini, huhu... Saat itu adalah hari pertamaku bertigaan aja di rumah dengan anak-anak pasca melahirkan, tanpa ada yang membantu/nemenin. Sebelumnya, ada tante dari Jawa yang menemani. Aidan baru berumur 45 hari. Siang itu, ceritanya aku lagi gendong boboin Aidan. Lalu Ali minta makan, pengen telor ceplok pake kecap katanya. Masya Allah, sulungku ini dari pagi baru makan selembar roti, saking aku gak sempat nyuapin dia. Untungnya aku sempat masak sayur bening. Kulihat Aidan sudah terlelap di gendongan. Pelan-pelan kuletakkan ia di kasur, di atas ranjang setinggi 50cm, lalu aku segera ke dapur. Sambil ngangetin sayur, aku nyeplok telor. Seperti biasa, Ali ambil bangku dan ikut-ikutan "bantuin" aku masak. Tak lama, terdengar Aidan nangis. Aku melongok sebentar, waduh nanggung banget lagi goreng. ...

Aidan's Birth Story

Tadinya aku dan Abang merencanakan jarak yang jauh untuk adiknya Ali. Inginnya saat dia berumur 5 tahun, baru program lagi. Tapi di usia 3 tahun ini, Ali sudah mulai nyari temen. Sering bilang sedih, sepi, bosen, kangen ibu, kangen yai, kangen ayah. Trus kalau dipikir2 lagi, punya anak dengan jarak yg tidak terlalu jauh itu diharapkan mereka bisa jadi teman sepermainan dengan basic didikan dan kebiasaan yang sama. Kalau jarak terlalu jauh, biasanya anak akan punya peer group sendiri-sendiri, sehingga gak dekat antar saudara kandung. Saat positif hamil, aku lagi senang2nya bersepeda bareng Abang dan Ali. Ke kota, taman, menyusuri anak sungai. Sampai suatu hari, perutku terasa kram dan aku merasa eneg saat bersepeda. Diajak makan pun ngga enak. Aku belum ngeh kalau telat haid. Dan rasa2nya masih menerapkan KB tendang, haha... Beberapa hari ku merasa ga enak badan, meriang, bahkan hoek2 di pagi hari, aku pun testpack dan hasilnya positif hamil. Hitunganku, sudah usia 7 minggu. Saat kuka...

Berkah

Di antara pertanyaan iseng orang-orang dewasa kepada anak kecil, satu yang sering ditanyakan adalah: "Ayahnya kemana? Kerja? Kerja cari apa?" Tau kan biasanya apa jawaban anak? "Kerja nyari duit. Buat beli susu. Buat beli mobil. Dll" Itu hal sepele, iseng, lucu-lucuan aja sih emang. Tapi dengan mengajarkannya jawaban tersebut, tanpa sadar kita sebenernya telah menanamkan bibit-bibit materialisme kepada anak. Kita mengajarkannya untuk menjadikan harta/kebendaan sebagai tujuan hidup. Dan bukan itu tujuan pendidikanku untuk Ali. Maka pertanyaan seperti itu dari orang membuatku berpikir, jawaban apa yang harus kuajarkan untuk Ali. Aku berusaha keras menanamkan nilai keluhuran seperti rasa malu, syukur, sabar, juga konsep-konsep abstrak seperti mubazir, ridho, dan kali ini, berkah. Anak-anak pada usia Ali cenderung mempelajari sesuatu yang konkret, maka memang tidak mudah mengajarkan hal-hal tersebut. Harus diulang-ulang terus supaya terinternalisasi di benaknya. ...

Bias Gender pada Balita

Suatu hari, Ali sedang asyik ngebut dengan pushbike kesayangannya. Dia memang udah lincah banget maininnya, kalo lihat dia ngebut pake pushbike pokoknya dijamin mules lah. Apalagi kalau ada temannya sepedaan, dia makin semangat balapan. Teman-teman yang tentu udah jauh lebih besar daripada Ali, usia 6-10 tahun. Ali memang satu-satunya anak bawang di gang kami yang sudah bisa ngebut pake sepeda roda dua. Datanglah seorang temannya. Perempuan. Sebutlah si Zee. Usianya 2,5 tahun. Dia lagi disuapin sama neneknya sambil main. Anak ini tipe yang rapi, manis, dikuncir, pake baju pink pink, pake sendal, beda 180 derajat dari Ali yang petakilan, gak pernah sempet dibedakin (udah kabur), baru dimandiin 5 menit udah asem keringetan lagi, dan kalo disuruh pake sendal, sendalnya ditinggal dimana tau (demenan nyeker). Temennya ini tertarik pingin pinjem sepeda Ali. Ali dengan senang hati meminjamkan. Baru aja Zee naik, datang neneknya dengan kata-kata sakti " JANGAN ! " kubilang, gak pap...

Balance Bike untuk Ali

Gambar
Suatu hari, beberapa pekan setelah ulang tahun keduanya, Ali bilang sama Ayahnya. "Ayah, Ali mo sepedah baru..." "Memang sepeda Ali yang sekarang kenapa?" ((Ali segera menaiki sepedanya)) "Gak muat... (nunjuk kakinya yang mentok setang) Ali udah gede..." "Oh... Ali maunya sepeda baru yang kayak gimana?" "Yang gede... Trus yang gak ada gowes-gowes..." Hah?! "Kenapa mau sepeda yang gak ada gowesannya?" "Ali gak bisa gowes..." Unbelievable. Anakku sudah besar dan pintar banget mengemukakan alasan. Hahaha... Selama ini, sepeda Ali adalah sebuah sepeda roda 3 kecil dari plastik yang dibelikan kakek-neneknya waktu usianya baru 1 tahun. Harganya cuma 90 ribu, hahaha! Kecil dan enteng banget sepedanya. Ada sebuah tombol lagu di bagian setang. Dia udah menguasai berbagai gaya dengan sepeda itu. Ngebut, nabrak, meluncur, bahkan lepas tangan. Sepedanya dijatoh2in, diinjek, dibalik, diputer2 rodanya. Sat...