Postingan

Menampilkan postingan dengan label Tentangku

Tidak Jadi Apa-Apa

Gambar
"Mama, dulu cita-citanya jadi apa?" / Jadi wartawan, kenapa? / "Kenapa sekarang Mama nggak jadi apa-apa?" Aku tertawa tapi sebenarnya getir juga. Mama bisa jadi editor kalau nggak resign demi Ali, Nak. *** Dua kali aku merelakan karierku untuk nurut permintaan orangtua. Pertama, dulu saat sambil kuliah aku sudah kerja sebagai wartawan di Bisnis Indonesia Bandung . Tapi kemudian ibu memintaku berhenti dan fokus menyelesaikan skripsi. Lalu 5 tahun kemudian, setelah aku menikah, hamil, lalu Ali lahir, bapakku berkata, "Sekarang sudah punya anak, maka anak ini tanggung jawabmu, bukan tanggung jawab Bapak-Ibu. Mau ambil pembantu-kah, mau ditaro di day-care kah, atau kamu berhenti kerja, terserah. Pokoknya jangan dikasih ke Bapak-Ibu, Urus anakmu sendiri." Yoi, setegas dan setega itu Bapakku. Tapi bener.  Pada saat itu, kami masih tinggal di Jakarta, dan untuk mencari pengasuh bayi maupun mencari day-care yang mau mengasuh bayi usia 3 bulanan tidaklah mudah. ...

Problema Tahun Kelima

Romantisisme menggambarkan pernikahan sebagai akhir dari kisah indah “…and they lived happily ever after…” seolah pergulatan dan segala nestapa berhenti di sana. Padahal, realitanya pernikahan adalah awal dari sebuah perjalanan baru yang tentu saja akan penuh liku. “Hell is other people”  - Jean Paul Sartre - Teringat masa-masa paling indah saat menjadi anak kosan, hidup di dalam satu kamar punya sendirian, mau naro baju di mana, bangun jam berapa, di kamar mandi berapa lama, seharian nonton pilem aja ga ngapa-ngapain juga terserah. Bebash.  Setelah menikah, ada orang lain yang masuk dalam kehidupanmu. Mengubah prioritasmu. Membuatmu tidak punya waktu untuk dirimu sendiri. Suami, anak satu, anak dua. Mereka semua hadir dan memaksamu bertumbuh, mau tidak mau, siap tidak siap. Is it a good thing? YES ! But it is never easy.  Alih-alih romantisisme “…happily ever after… just the two of us…” yang lebih relevan adalah kata-katanya Patkai: “Begitulah Cinta… deritanya tiada akh...

Aidan's Birth Story

Tadinya aku dan Abang merencanakan jarak yang jauh untuk adiknya Ali. Inginnya saat dia berumur 5 tahun, baru program lagi. Tapi di usia 3 tahun ini, Ali sudah mulai nyari temen. Sering bilang sedih, sepi, bosen, kangen ibu, kangen yai, kangen ayah. Trus kalau dipikir2 lagi, punya anak dengan jarak yg tidak terlalu jauh itu diharapkan mereka bisa jadi teman sepermainan dengan basic didikan dan kebiasaan yang sama. Kalau jarak terlalu jauh, biasanya anak akan punya peer group sendiri-sendiri, sehingga gak dekat antar saudara kandung. Saat positif hamil, aku lagi senang2nya bersepeda bareng Abang dan Ali. Ke kota, taman, menyusuri anak sungai. Sampai suatu hari, perutku terasa kram dan aku merasa eneg saat bersepeda. Diajak makan pun ngga enak. Aku belum ngeh kalau telat haid. Dan rasa2nya masih menerapkan KB tendang, haha... Beberapa hari ku merasa ga enak badan, meriang, bahkan hoek2 di pagi hari, aku pun testpack dan hasilnya positif hamil. Hitunganku, sudah usia 7 minggu. Saat kuka...

Dua Tahun Menata Hati

Gambar
Tidak banyak yang tahu bahwa dua tahun terakhir aku mengalami pergulatan batin yang luar biasa. Aku menepi dari keramaian, semata-mata karena aku merasa kehilangan pijakan. Semua bermula semenjak aku memutuskan resign dari pekerjaanku sebagai wartawan Majalah Ummi dan banting setir jadi ibu rumah tangga. Pada waktu itu alasanku resign adalah karena: capek. Aku sering sakit. Nggak ada visi dan alasan yang cukup mapan tentang mengapa aku harus di rumah. Tadinya kupikir segalanya akan jadi lebih mudah. Ternyata, pergantian rutinitas dan peran ini bikin aku shock. Mungkin semacam post power syndrome ya. Hehe. Dari yang tadinya bebassss banget jadi jurnalis wara-wiri ke sana ke mari, perempuan mandiri ke mana-mana sendiri, punya penghasilan sendiri dengan lifestyle yg lumayan konsumtif, pokoknya hidup semau-mau. Eh, tiba-tiba harus di rumahhhh aja sama bocah. Iya sih aku punya ide besar bahwa aku pengen di rumah untuk full time mendidik anak. Tapi itu ide besarnya. Realita hariannya mah. N...

Majalah Ummi: Bekerja Sambil Menyusui

Gambar
“Kamu kerja terus bayimu sama siapa?” Demikian orang bertanya. “Diurus utinya ya di Tangerang?” Enggak euy, sayang ASI-nya. Kalau pisah sama aku kan mau nggak mau Ali minum susu formula. “Diurus pengasuh?” Enggak juga, masih kecil banget, belum tega ngasih ke orang. “Lalu gimana?” Ya aku bawa bayiku ke kantor. Ikut kerja. Hah?! Emang boleh? Begitu selalu reaksi orang-orang kalau tau aku ngantor bawa bayi. Gak percaya, kemudian takjub. Memang, kantorku hebat betul, aku sangat bersyukur. Di sini aku mau sharing bagaimana kantor dan rekan-rekan kerjaku bersikap sangat suportif demi keberhasilanku memberikan ASI untuk Ali. FYI, aku bekerja sebagai reporter di Majalah UMM I  yang seruangan isinya ibu-ibu semua. Kami getol bicara soal pentingnya ASI, kesehatan anak, dan parenting, pentingnya kelekatan ibu dan bayi, masa iya nggak mendukung rekan kami sendiri yang berjuang menyusui? Alhamdulillah, kantorku memang sangat baby-friendly, lebih mirip rumah kedua buatku. Dan Al...

Merdeka dengan Hijab

Gambar
Empat tahun yang lalu, aku pernah menulis sebuah opini tentang hijab, jilbab, kerudung,apapun namanya. Postingan itu paling banyak dikomentari, bahkan hingga kini. Jadi semacam kontroversi gitu lah. Heuheu. Lupa, akhirnya kubaca ulang dengan saksama tulisan itu. Aku pengen cengar-cengir sendiri. Well . Aku adalah manusia yang hidupnya masih terus berproses. Apalagi aku tipe orang yang gampang banget berubah. Setiap tulisan di blog ini kan ada tahunnya, nah belum tentu tuh pendapatku masih sama akan suatu hal, dulu dan sekarang. Begitupun soal hijab. Ken, apa kabar hijabmu sekarang? Alhamdulillah sodara-sodara, hijabku masih nemplok! Malah sekarang hijabku kian panjang. Kalau dulu, aku suka bereksperimen aneka kreasi hijab, libet sana-sini, pake daleman ninja, jarum pentul ampe tiga, peniti, bros. Terus pake kalung. Dandan pula. Busanaku juga colorful banget dulu. Ngerasa kece pada zamannya. Sekarang? Ah elah. Keburu nangis anak gue! Iye buuu… eike udah emak-emak sekarang. Ga...

Masa Kehamilan yang Kurindukan

Gambar
Kalo ngeliatin makhluk kecil yang uget-uget di gendonganku ini, aku masih suka ga percaya bahwa 3 bulan lalu dia keluar dari dalam perutku. Sekarang aku sangat menikmati masa indah menjadi ibu. Tapi kalau diingat-ingat, masa hamil menyenangkan juga, kadang kurindukan. Mengapa?   Ketika semua orang berusaha memenuhi apapun keinginanmu. Hehe… Yang namanya hamil pasti ngidam dong. Kalaupun kamu nggak ngidam-ngidam amat, saranku manfaatkanlah masa ini untuk mengungkapkan apapun yang kamu inginkan. Pingin kelapa muda … Pingin dipijitin … Pingin ketemu sama … (ups!) Atau tengah malam, Abang lapar, mau makan bala-bala … Abang buatin es teh manis … Atau sekadar menggumam iseng, kayaknya enak banget ya makan rujak, lalu beberapa jam kemudian, jeng jeng jeng, sepiring rujak segar sudah tersedia di atas mejamu! Dari siapa? Ya siapa aja bisa, hihi… You can eat whatever you want. Selama tidak berlebihan dan tidak membahayakan kesehatan kandungan, you can eat whatever y...

Tahun Kesenangan

Gambar
Life is so funny. In the end, your greatest pain becomes your greatest strength.  ** Aku mengawali tahun 2013 dengan kepahitan dan rasa sakit dikhianati oleh orang yang kucintai. Sebuah kejutan tak terduga yang cukup mengguncangku waktu itu. Tetapi saat tengah limbung itulah, aku justru dipertemukan dengan orang-orang yang kehadirannya bukan cuma menguatkan, tapi juga mengajariku banyak hal dengan bersenang-senang. Iya, jadinya 2013 ini tahun kesenangan! I travel a lot this year, I checked some points of my bucket list, tetapi lebih dari itu, ada orang-orang spesial yang dikirimkan Tuhan untukku dan membuat tahun ini terasa lebih berarti. Mereka membantuku menemukan diri. Thanks to my powerpuff girls kak Noni dan Desma yang udah bikin aku ngakak terus sampe kurus setahunan ini (eh iya kan ketawa membakar kalori kan). Bersama mereka, aku menemukan sisi diriku yang baru. Sebelumnya, orang mengenal Ken Andari dengan image yang cool , jutek, lurus banget, suka mikir ...

Apakah Ibu Bahagia?

Gambar
Pernahkah kamu bertanya langsung pada ibumu, “Bu, apa yang ibu inginkan dariku sekarang?” atau “Apakah ibu bahagia dengan apa yang kulakukan saat ini?” Kalau belum, coba tanya deh. Jawabannya sangat mungkin menguatkan, atau bahkan mengubah caramu memandang hidupmu saat ini. Aku butuh waktu 22 tahun untuk mengesampingkan ego dan bertanya kepada ibu, apa yang ia inginkan dariku. Waktu itu aku masih mahasiswa tingkat akhir yang nyambi kerja sebagai reporter di sebuah biro harian ekonomi ternama. Lagi eneg-enegnya sama skripsi dan lagi seneng-senengnya sama kerjaan. Kerja itu enak, liputan, ketemu banyak orang, dapet uang gaji, dll. Skripsi buat apa? Selembar ijazah? Hmpf. Ibuku sebenarnya mendukung saja aku bekerja. Ia juga tak pernah memberikan target kapan aku harus wisuda. Tapi ibu tetap sering bertanya, skripsinya udah sampe mana? Sampai akhirnya aku memutuskan untuk bertanya langsung padanya. “Ibu seneng nggak, aku kerja sekarang?” “Seneng lah…” “Ibu ...

Memaafkan

Aku masih ingat betul hari itu, saat seseorang yang sangat kupercayai selama bertahun-tahun menyakiti hatiku. Aku masuk kamar, tidak makan, tidak minum, berselimut amarah yang membuat suhu badanku jadi naik drastis. Emosiku menggelegak, bisa-bisanya aku diperlakukan seperti ini. Lalu ibu datang mengetuk kamar. Mengelus rambutku dan bertanya, “Kamu kenapa...” Aku bercerita patah-patah diiringi sesenggukan tangis dan nafas yang tersengal menahan kekesalan. Tapi bahkan saat ceritaku belum selesai, Ibu bilang dengan lembut, “Ya sudah, maafkan saja...” Apa??! Aku tambah kesal. Mana bisa aku maafin dia bu??! Ibu dengerin dulu deh ceritaku sampai selesai! “Buat apa? Nanti malah tambah kesel diceritain. Maafin saja, maafin... Kalau bisa tetap didoakan.” Aku tidak langsung bisa memahami itu. Dendam masih berkecamuk. Tetapi betul memang, mendendam itu seperti memegang bara api. Dirimu sendiri-lah yang nantinya akan terbakar. Berat badanku anjlok, jerawatan, sering tiba...

Apa Ayat Favoritmu?

Gambar
Orang-orang sering bertanya, Apa lagu favoritmu? Penyanyi favoritmu? Apa buku favoritmu? Apa makanan favoritmu? Kali ini aku mau bertanya, apa ayat favoritmu? Al-Qur'an diturunkan sebagai pedoman, petunjuk, dan pengingat. Di antara ribuan kalam Tuhan nan indah itu, mana yang jadi favoritmu? Yang paling suka kau baca, yang paling bermakna buatmu, yang sering membuatmu terhenyak saat mendengarnya? Buatku, QS Ali Imron ayat 190-191 adalah favoritku. “Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. * (yaitu) Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka.”  Apapun pertanyaanku tentang kehidupan, Tuhan, dan Islam, ayat ini seolah menamparku lagi...