Doa

Begitu banyak permasalahan yang ada di dunia ini. Ketidakadilan, kemiskinan, kecurangan... hal-hal yang selalu membuatku sedih dan gelisah saat memikirkannya.

Kau tahu, perasaanmu saat melihat kakek-kakek renta yang masih menarik gerobak sampah? Saat melihat ibu penjual telor ayam kampung? Atau saat melihat anak-anak seusia adikmu bertelanjang kaki di jalanan sambil ngelem? Teriris-iris dan sakit sekali. Terlebih saat tidak banyak hal yang bisa kau lakukan untuk menolong mereka, padahal kau sendiri hidup nyaman dan bahagia tanpa kekurangan suatu apapun. Lalu kau bertanya-tanya apa yang bisa kau lakukan untuk membuat perubahan.

Kali ini aku ingin berbagi cerita. Belakangan, aku menemukan ketenangan lewat sebuah hal yang paling sederhana: berdoa. Hal yang bisa dilakukan kapan saja, oleh siapa saja. Buatku, itu menghadirkan suatu ketenangan. Aku berdoa kepada Tuhan untuk hal-hal yang kulihat setiap hari.


Misalnya, saat aku melihat seorang kakek yang bekerja keras menyapu jalanan, dengan kulit legam dan kaki tangannya yang renta. Tidak banyak yang bisa kulakukan untuknya, aku hanya bisa berdoa semoga Tuhan mengatur rezeki si kakek dengan seadil-adilnya. Atau saat bertemu seorang ibu yang berjualan gorengan demi kuliah anaknya. Tuhan, bimbinglah anaknya sehingga menjadi anak yang dapat ia banggakan. Atau saat melihat “Pak Ogah” yang bekerja keras mengatur kemacetan di pertigaan setiap hari, walaupun ia bukan polisi lalu lintas, walaupun ia hanya menerima receh secara sukarela. Ya Allah, semoga Engkau memberikan imbalan yang setimpal untuk keikhlasannya.

Hal-hal seperti itulah yang bisa kulakukan untuk mereka. Ah, siapa lagi yang berkuasa mengubah hidup mereka selain Tuhan? Siapa pula yang bisa berlaku seadil-adilnya selain Tuhan? Siapa yang bisa kupercayai selain Tuhan? Dialah di atas segalanya, Maha Mendengar dan Maha Melihat, maka aku percaya cuma Ia yang bisa mengubah nasib hamba-Nya. Dengan menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan, rupanya aku bisa jauh lebih tenang.

Aku juga selalu berdoa untuk orang-orang yang baik padaku. Karena seringkali ucapan terima kasih saja tidak cukup. Misalnya untuk dosen yang meluluskan sidang usmasku, aku mendoakan untuk kebaikan mereka. Untuk teman-teman yang membantuku ngerjain skripsi, minjemin uang saat bokek, atau nyemangatin aku setiap hari, apa ucapan terima kasih yang lebih pantas selain sebuah doa dan Al-Fatihah untuk mereka?

Ohya, aku pengen cerita juga deh, tentang bagaimana doa menjadi elemen penting dalam ulang tahunku yang paling kuingat.

Dulu semasa SMA aku tinggal di asrama. Aku selalu mengingat masa-masa ulang tahunku di asrama, bersama teman-teman satu “geng”-ku yang cantik-cantik. Menurutku, ulang tahunku bersama mereka adalah yang paling indah. Di tengah berbagai keterbatasan hidup di asrama, teman-temanku nggak pernah melupakan momen ulang tahun. Mereka akan ngebuat parsel yang dipenuhi benda-benda dengan warna favoritku, kuning. Mulai dari chiki sampe sabun colek, pokoknya apapun yang warna kuning dimasukin ke dalam parsel, haha... terus masak mi satu nampan, dihias seolah tumpeng nasi kuning. Atau beli roti yang dihias coki-coki.

Tengah malam mereka akan ngasih surprise ke aku. Lalu kami berkumpul, duduk membentuk lingkaran. Terus satu per satu mengungkapkan doa dan harapannya buatku, yang diakhiri dengan doa dan sebuah Al-Fatihah yang manis. Setelah itu, kita makan bareng-bareng deh.


me & my girls

Ya, sesederhana itu aku merayakan ulang tahun di asrama. Tidak ada tuntutan traktiran, tidak ada tuntutan kado, tidak ada pesta dan kue tart. Justru doa dari mereka-lah yang membuat ulang tahunku berkesan. Nggak ada yang lebih indah daripada melihat teman-temanmu berkumpul dan berdoa untuk ulang tahunmu. Sekarang ini jarang deh kayak gitu. Orang lebih sering memberikan cipika-cipiki, kado, traktiran makan-makan atau karaoke, tapi sedikit yang ingat untuk mendoakan. Padahal buatku, doa adalah yang terpenting.

Makanya, aku selalu membacakan Al-Fatihah sehabis solat untuk kawan atau keluargaku yang berulang tahun. Meski kadang aku tak sempat mengucapkan atau membeli kado, ah, apa sih kado yang lebih indah daripada sebuah Al-Fatihah?

Jadi ayo kita biasakan berdoa dan saling mendoakan setiap hari. Dengan menyerahkan segala sesuatunya kepada Tuhan, kita akan merasa lebih tenang. Dengan doa pula kita bisa mengawali suatu perubahan. Ya, siapa yang bisa membimbing kita selain Tuhan? Dan di tangan siapakah terletak takdir seseorang? Cuma di tangan Tuhan, maka kepada-Nya lah kita layak memohon.

***

Komentar

Posting Komentar

Baca juga...

Kaleidoskop Indonesia 2008

Mengintip Lahan Dakwah di Pulau Nanga

Kepingan Sejarah di Bumi Sriwijaya

Ibu, Jangan Diam Saja! (Menyikapi Bullying terhadap Anak)

Menyusui Pasca Operasi Payudara