Belajarlah dari Blitar!
Matahari mulai condong ke barat saat aku dan Uphay meninggalkan kompleks makam. Di antara sekian banyak pintu di kompleks makam ini, semua pengunjung tetap diarahkan ke satu pintu keluar yang berada di sebelah utara makam Soekarno. Nggak boleh keluar lewat pintu lain. Kenapa ya? Nah, rupanya inilah cara pemerintah kota Blitar menata tempat pariwisata, sekaligus menghidupkan perekonomian masyarakatnya. Karena melalui pintu tersebut, sebelum keluar kita akan disambut oleh puluhan pedagang di pasar oleh-oleh yang berjejer rapi di sepanjang pintu keluar. Seperti pasar oleh-oleh yang ada di sepanjang jalan keluar dari Candi Borobudur di Magelang gitu deh. Ya, seperti itu bentuknya, namun barang-barang yang dijual memang jauh lebih sedikit dan lebih sederhana. Ada berbagai kerajinan kayu, kaos-kaos bergambar Soekarno, penganan khas, serta beragam batik. Potensi yang sederhana, namun dimaksimalkan. Di ujung jalan, puluhan becak pariwisata sudah menunggu. Wah… kupikir ini adalah contoh yang ...