Sarjana Muda
Sahabatku di Jurnal 07, Lala dan Inda, baru aja resmi dinyatakan sebagai sarjana ilmu komunikasi (S.Ikom). Yihaaa selamat ya! Setelah melewati masa-masa penggalauan yang tiada henti selama mengerjakan skripsi, akhirnya sekarang mereka bisa bernafas lega. Yaa… meskipun masih ada revisian, tapi setidaknya gelar dan jadwal wisuda udah di tangan, sikasik!
Malamnya aku membantu Lala buat packing di kosannya. Baju, tas, buku-buku, masuk kardus. Dia mau pulang ke rumah, jadi dia akan nyicil bawa pulang sebagian barangnya. Kukira Lala udah nggak akan galau lagi, ternyata malemnya dengan muka sedih dia bilang, “Ken… sekarang aku udah bukan mahasiswa lagi ya…” Iya Lala, kamu sarjana sekarang. “Terus aku udah nggak kuliah lagi ya…” Iya Lala, sekarang orientasi kamu adalah bekerja dan melepaskan ketergantungan finansial dari orang tua. “Huaaaa… aku sediiiiiihhh…” Jiaaa, ternyata menjadi sarjana pun dia belum berhenti menggalau.
Tapi kesedihan Lala memang beralasan. Masa-masa menjadi mahasiswa adalah masa-masa terbaik dalam hidup. Masa paling bebas, kita akan melihat dan merasakan banyak hal baru yang belum pernah kita tahu sebelumnya. Uang kuliah kita (sebagian besar) masih ditunjang orang tua. Jadwal kelas kita tidak seketat waktu SMA dahulu. Kita menjadi pengangguran terselubung. Kita punya banyak sekali waktu luang untuk diri sendiri. Apakah mau dimanfaatkan untuk berhura-hura atau untuk membentuk kematangan diri, itu pilihan. Pokoknya kita bebas.
Masa-masa ngerjain tugas kelompok, liputan dan ngedit bareng, nongkrong di kafe lama-lama sambil internetan, saling nginep dan curhat-curhatan di kosan, tentu saja Lala akan kangen dengan ini semua. Terutama kangen dengan Jatinangor yang “sagala aya” ini.
Iya sih, aku juga merasakan itu. Rasa kehilangan saat aku nggak pernah lagi ketemu teman-temanku yang udah lulus. Dewi Ifani, Agis, Laras, Puti, Inop, dan sekarang aku akan jarang lagi ketemu Inda dan Lala di kampus. “Yah Lala… jadi kita nggak bisa menggalau bareng lagi dong…” Lala akan jadi wartawan di sebuah surat kabar biro Bandung, mungkin akan pindah kosan ke Bandung, dan nggak akan jadi AGJ lagi (Anak Gaoul Jatinangor). Hiks, Lala!
But yes, life must go on.
Banyak fase dalam hidup yang mesti kita lalui. Masa anak kecil, masa remaja, masa jadi mahasiswa, masa bekerja, lalu sebagai perempuan kita juga akan melewati masa menjadi istri dan ibu. Meski enggan melangkah pergi dari masa-masa indah itu, tapi kita juga nggak mungkin berhenti di satu titik.
Dulu kita enggan meninggalkan teman-teman dan cinta pertama kita di SMA, karena kita pikir itu adalah masa-masa paling indah dalam hidup. Tapi ternyata setelah menjadi mahasiswa, dunia kampus pun tak kalah indahnya. Sebentar lagi dunia kampus pun akan kita tinggalkan. Namun ini bukan akhir, ini awal yang baru bagi hidup kita.
Kita akan memasuki dunia kerja. Mau jadi pegawai atau berwirausaha, yang pasti kita harus melepaskan ketergantungan dari orang tua. Kita belajar mandiri, berdiri di atas kaki sendiri.
So, selamat ya teman-temanku para sarjana muda! Dunia baru siap menyambut kalian. Meskipun itu berarti aku akan merasa kehilangan kalian di kampus dan di kosan, tapi aku selalu mendoakan! Semoga ilmunya bermanfaat di dunia, sehingga bisa menjadi tabungan untuk akhirat. Amin…
Sarjana kloter pertama di Jurnal 07, Inop, Laras & Puti
Malamnya aku membantu Lala buat packing di kosannya. Baju, tas, buku-buku, masuk kardus. Dia mau pulang ke rumah, jadi dia akan nyicil bawa pulang sebagian barangnya. Kukira Lala udah nggak akan galau lagi, ternyata malemnya dengan muka sedih dia bilang, “Ken… sekarang aku udah bukan mahasiswa lagi ya…” Iya Lala, kamu sarjana sekarang. “Terus aku udah nggak kuliah lagi ya…” Iya Lala, sekarang orientasi kamu adalah bekerja dan melepaskan ketergantungan finansial dari orang tua. “Huaaaa… aku sediiiiiihhh…” Jiaaa, ternyata menjadi sarjana pun dia belum berhenti menggalau.
Tapi kesedihan Lala memang beralasan. Masa-masa menjadi mahasiswa adalah masa-masa terbaik dalam hidup. Masa paling bebas, kita akan melihat dan merasakan banyak hal baru yang belum pernah kita tahu sebelumnya. Uang kuliah kita (sebagian besar) masih ditunjang orang tua. Jadwal kelas kita tidak seketat waktu SMA dahulu. Kita menjadi pengangguran terselubung. Kita punya banyak sekali waktu luang untuk diri sendiri. Apakah mau dimanfaatkan untuk berhura-hura atau untuk membentuk kematangan diri, itu pilihan. Pokoknya kita bebas.
Masa-masa ngerjain tugas kelompok, liputan dan ngedit bareng, nongkrong di kafe lama-lama sambil internetan, saling nginep dan curhat-curhatan di kosan, tentu saja Lala akan kangen dengan ini semua. Terutama kangen dengan Jatinangor yang “sagala aya” ini.
Iya sih, aku juga merasakan itu. Rasa kehilangan saat aku nggak pernah lagi ketemu teman-temanku yang udah lulus. Dewi Ifani, Agis, Laras, Puti, Inop, dan sekarang aku akan jarang lagi ketemu Inda dan Lala di kampus. “Yah Lala… jadi kita nggak bisa menggalau bareng lagi dong…” Lala akan jadi wartawan di sebuah surat kabar biro Bandung, mungkin akan pindah kosan ke Bandung, dan nggak akan jadi AGJ lagi (Anak Gaoul Jatinangor). Hiks, Lala!
But yes, life must go on.
Banyak fase dalam hidup yang mesti kita lalui. Masa anak kecil, masa remaja, masa jadi mahasiswa, masa bekerja, lalu sebagai perempuan kita juga akan melewati masa menjadi istri dan ibu. Meski enggan melangkah pergi dari masa-masa indah itu, tapi kita juga nggak mungkin berhenti di satu titik.
Dulu kita enggan meninggalkan teman-teman dan cinta pertama kita di SMA, karena kita pikir itu adalah masa-masa paling indah dalam hidup. Tapi ternyata setelah menjadi mahasiswa, dunia kampus pun tak kalah indahnya. Sebentar lagi dunia kampus pun akan kita tinggalkan. Namun ini bukan akhir, ini awal yang baru bagi hidup kita.
Kita akan memasuki dunia kerja. Mau jadi pegawai atau berwirausaha, yang pasti kita harus melepaskan ketergantungan dari orang tua. Kita belajar mandiri, berdiri di atas kaki sendiri.
So, selamat ya teman-temanku para sarjana muda! Dunia baru siap menyambut kalian. Meskipun itu berarti aku akan merasa kehilangan kalian di kampus dan di kosan, tapi aku selalu mendoakan! Semoga ilmunya bermanfaat di dunia, sehingga bisa menjadi tabungan untuk akhirat. Amin…
Sarjana kloter pertama di Jurnal 07, Inop, Laras & Puti
wah terima kasih keeen :) memangg dunia kerja beda jauh banget sama dunia kampuss dan kebebasannya pun gak lagi aku rasaiiin. hidup sekarang lebih ketat. tapi ya itu hdup, pasti berubah dan selalu ada pertemuan maupun perpisahan di dalamnya. Makasih yaa ken. suksess buat kamu! :D
BalasHapus