Pensieve

Apa yang biasanya kamu lakukan saat sedang sedih, dalam tekanan,banyak pikiran, stres? Ada yang bilang, makan! Ada juga yang bilang, jalan-jalan! Karokean sama temen-temen!

Manusia selalu punya cara dalam menghadapi keterbatasannya. Terutama keterbatasan pikiran dan emosional. Yang namanya kesabaran, semangat, rasa ikhlas, seringkali naik-turun grafiknya dalam diri manusia. Kepala juga terasa mumet saat banyak pikiran. Saat sedang labil inilah, manusia punya berbagai cara untuk mengembalikan kestabilan emosinya, juga meringankan kepenatan pikirannya.

Salah satu tokoh dalam kisah Harry Potter, yaitu Albus Dumbledore, sang kepala sekolah sihir Hogwarts, juga punya cara untuk meringankan kepenatan pikiran. Kau ingat, saat penyihir berjenggot putih itu merasa pikirannya sudah terlalu penuh dan terasa amat penat, ia akan menaruh sebagian kecil dari memorinya itu ke dalam sebuah bejana biru, yang disebut Pensieve.



Masing-masing kita memiliki pensieve, sebuah wadah penyaluran bagi pikiran yang kelebihan muatan. Hanya saja, pensieve kita dalam bentuk yang berbeda, tidak seperti pensieve-nya Dumbledore. Dengan menyalurkan kelebihan muatan pikiran kita ke dalam pensieve, biasanya pikiran akan terasa jauh lebih ringan.

Aku, misalnya. Blog yang sedang Anda baca sekarang, inilah pensieve-ku. Tiap kali aku merasa jenuh dan pikiranku terasa amat penuh, aku menulis. Tentang segala kegelisahan dan curahan hati yang kalau tak disalurkan dengan menulis di sini, ah rasanya aku bisa meledak. Menulislah salah satu terapi paling ampuh buatku. Terutama dalam hal menyembuhkan kondisi mental yang sedang jatuh. Karena dengan menulis di blog ini, aku bahkan punya pensieve yang lebih hebat daripada milik Dumbledore. Apa yang kutuangkan di sini bisa dibaca orang, dan itu mungkin berarti pula buat orang lain. Mungkin ada yang merasakan hal yang sama, mungkin ada yang jadi merenung, atau bahkan terinspirasi oleh tulisanku. Bisa saja kan?

Begitulah caranya pensieve-ku ini menyembuhkan aku, yaitu dengan membuatku tetap produktif menghasilkan karya, bahkan di saat aku terpuruk. Bisa memupuk kembali rasa percaya diriku, dan itu sangat penting. Selain menulis, aku juga kerap mengurai kepenatan pikiranku dengan menyalurkan kreativitas dalam merajut, menggambar, atau kerajinan tangan lainnya. Intinya, aku perlu tetap produktif.

Memang banyak orang yang memilih karya seni sebagai pensieve mereka. Entah mengapa ya, mungkin karena cakupan seni itu luas sekali, sehingga begitu dekat dengan kegiatan manusia sehari-hari. Dan karya seni, sering diidentikkan sebagai bentuk perlawanan, atau tempat melarikan diri dari rutinitas dan segala sesuatu yang berbau formal.

Seperti halnya presiden kita yang satu ini, Susilo Bambang Yudhoyono. Belum lama ini, tepatnya 31 Oktober lalu, SBY resmi meluncurkan album keempat bertajuk “Harmoni”, berisi kumpulan lagu-lagu ciptaannya. Ya, album keempat. Presiden SBY memang produktif sekali dalam menghasilkan karya seni lagu sejak album pertamanya diluncurkan pada 2007. Lebih tepatnya sih, beliau menulis lirik lagu, sedangkan untuk aransemen dan penyanyinya, ia menggandeng sejumlah musisi ternama Indonesia.



Banyak orang memandang sinis tentang “prestasi” SBY itu. Dikatakan, kok sempet-sempetnya presiden bikin 4 album di tengah kemelut bangsa. Ini presiden apa musisi nih, kok rajin amat produksi lagu, ngalahin Melly Goeslaw.

Aku sendiri berpandangan, presiden pun seorang manusia. Pasti ada kalanya ia jenuh, capek, penat dengan segala permasalahan yang ia hadapi sebagai seorang presiden di negara yang tengah repot berbenah ini. Eh, jadi presiden Indonesia tuh capek lho. Kita yang jadi rakyat aja sering merasa capek, padahal kita banyakan. Apalagi presiden, yang semua beban tanggung jawab Indonesia ditumpukan di pundaknya. Jadi biarkanlah presiden kita menghela nafas sejenak dan menemukan media katarisasi di jalur seni.

Hal yang kubilang soal pensieve tadi, kita memerlukannya untuk mencurahkan segala kegelisahan dengan cara yang kita sukai. Dengan begitu, kita bisa tetap produktif berkarya, bahkan di saat kita merasa terpuruk. Rasa lega dan percaya diri pun terpupuk kembali.

Sudahlah, jangan terlalu jahat kepada pak presiden dalam hal ini. Tak apalah membuat album setiap tahun, lagipula toh lagu-lagu yang diciptakan SBY nggak yang galau-galau gitu kan? Emangnya anak jaman sekarang, apa-apa galau! Kalau kuperhatikan justru lirik yang ditulis SBY banyak bercerita tentang keindahan Indonesia, kecintaannya terhadap negeri ini, persahabatan serta semangat-semangat positif dalam memandang hidup. Perhatikanlah, melalui lirik-lirik itu ia berusaha menyembuhkan lelah hatinya. Melalui energi positif yang ia sebarkan melalui lagu-lagunya, mungkin pula ia sedang menyemangati dirinya sendiri.



Kita boleh berbangga lah, malam tadi pada saat puncak pembukaan acara SEA GAMES XXVI di Palembang, salah satu lagu ciptaan Pak Presiden SBY pun turut memeriahkan pagelaran megah tersebut. “Together We Will Rise” adalah lagu ciptaan SBY yang dinyanyikan dengan indah oleh Joy Tobing pada puncak pesta SEA GAMES XXVI ini. Sudah beberapa tahun belakangan ini pula, tiap upacara peringatan hari kemerdekaan di Istana Negara, tidak hanya lagu-lagu kebangsaan lawas yang dinyanyikan. Kini hampir tiap tanggal 17 Agustus, lagu-lagu ciptaan SBY turut dinyanyikan.

Jadi, mungkin kita boleh sedikit berempati kepada presiden kita yang tercinta ini. Sebagai manusia biasa, selayaknyalah ia berkreasi dan tetap produktif melakukan hal-hal yang ia sukai. Masalah Indonesia tuh banyak banget lho, tak apalah sekali-kali di waktu senggang biarkan Pak SBY menghela nafas sambil menuliskan lirik-lirik indah. Bayangkan Pak SBY seperti Albus Dumbledore, dengan tongkat sihir, mengeluarkan pendar dari pelipisnya, lalu ia letakkan ke dalam sebuah bejana biru yang isinya hampir penuh. Pensieve. Tak apa, asal setelah itu Pak Presiden harus bersemangat, bahkan semakin bersemangat dalam bertugas!

Daripada diem-diem nilep duit sampe kantong menggembung, mendingan diem-diem nulis lirik lalu bikin album!

Komentar

  1. Ah, ya senang banget kalau pensieve itu ada.
    Blogwalking, salam kenal

    BalasHapus
  2. setiap kita punya pensieve, hanya saja bentuknya berbeda dengan Dumbledore.. terima kasih sudah mampir, salam kenal juga! :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Baca juga...

Gunung Kunci, Benteng Kokoh di Balik Bukit

Menyusui Pasca Operasi Payudara

Kaleidoskop Indonesia 2008

Bahasa "Alay" di Kalangan Remaja

Si Cantik Asli Sumedang