Donor Darah

Akhir Oktober seperti ini, orang-orang Barat sedang heboh merayakan pesta Halloween, yang identik dengan segala yang seram-seram, hantu, labu nyengir, dan kostum-kostum aneh. Saya punya kegiatan lain di masa Halloween ini. Daripada berseram-seram pake make up berdarah-darah, lebih baik donor darah. *maksa

Ini pengalaman pertama kali bagi saya mendonorkan darah. Udah kepingin sejak lama, tapi waktunya selalu ga tepat. Entah di saat saya lagi menstruasi, lagi puasa, abis minum obat, dan sebagainya. Baru kali ini ada kesempatan, Alhamdulillah.

Usai makan siang dan solat zuhur, saya bersama tiga orang kawan langsung menuju GOR Pakuan, tempat acara donor darah berlangsung. Acara donor darah kali ini merupakan inisiatif dari mahasiswa Fakultas Geologi Unpad kerjasama dengan Corporate Social Responsibility Cipaganti dan Palang Merah Indonesia.

Wow, lumayan banyak juga yang datang. Senengnya lihat antusiasme mahasiswa untuk mendonorkan darah, sebuah kegiatan yang pastinya sangat bermanfaat! Aku, Diana, dan Anbel segera mengisi formulir pendaftaran. Sementara Ershad, dia lagi ga bisa mendonorkan darah karena lagi sakit, tubuhnya sedang terinfeksi virus-virus penggalauan, yang takut menular kalo dia mendonorkan darahnya. Akhirnya Ershad cuma cek kesehatan.

Buat aku dan Diana, ini kali pertama. Buat Anbel, ini kali kedua dia mendaftar ikut donor darah. Dulu yang pertama dia gagal karena abis minum obat, jadi gak boleh. Sekarang dia mau coba lagi. Anbel pun dipanggil ke meja pertama untuk terlebih dulu cek kesehatan. Gak lama kemudian, dia balik lagi. Lah?? Kenapa Bel?

“Gue gagal lagi donk! Kan ditanya, semalem tidur jam berapa? Gue tidur jam 3 pagi, bangun 5.30, gak bisa katanya, hehe…” Jiaaah si Anbel, ada lagi. Dia emang sering tidur jam segitu, ckckck… Lagipula katanya, tekanan darah dia rendah. Tuh, berarti besok kalo mau donor darah, inget-inget ya, ga boleh minum obat dalam jangka waktu 4 hari sebelum donor, ga boleh pas lagi mens, harus makan dulu, dan ga boleh tidur lewat dari jam 1 malam.

Diana pun dipanggil, aku juga, ya ampun deg-degan banget. Ngebayangin jarum, dan darah yang mengalir ke kantong, huaaa jujur aja serem! Tapi ga boleh kalah sama tekad dan niat baik…!!! ~tsah~

Pertama-tama dicek kesehatan dulu di meja pertama. Formulir yang udah kita isi diperiksa, sambil dicek tekanan darah. Wah, tekanan darah gue bagus banget, 120/80! Terus ditanya, udah makan? Udah. Semalem tidur jam berapa? Jam setengah sebelas. Bangunnya? Jam tiga, laper doang, makan biskuit terus tidur lagi bangun jam setengah enam. Lagi mens? Belum. Abis minum obat ga? Iya waktu hari Rabu minum Diatabs, akika menci-menci cyiinn... Terus sekarang gimana? Udah gapapa, udah normal. Terakhir minum obat kapan? Rabu siang. Gapapa minum obat hari Rabu mah, yang penting sejak Jumat udah ga minum.

Lolos ke meja kedua! Diana juga. Di meja kedua ini aku cek golongan darah dulu. Golongan darahku O positif, golongan darah yang paling banyak ditemukan. Sedangkan Diana AB positif, paling langka di antara golongan darah yang lain, jadi dia termasuk kaum minoritas yang sangat dibutuhkan. Setelah cek golongan darah, kamu diberikan kantong dan menuju ruang pengambilan darah. Deg deg deg deg!! Hiks, darah gue bakal diambil segini (450 cc) banyak bener yak, huhu…

Aku sebelahan sama Diana. Kami saling menguatkan (lebay). Ibuuu…jarumnya gede banget, hiks… cuss! Terasa digigit semut sebentar, dan darah pun mulai mengalir mengisi kantong. Satu menit, lima menit, sepuluh menit, aku baik-baik aja, malah cerewet banget nanyain segala macem ke petugas PMI yang menangani aku dan Diana. Insting jurnalis, hehe. Nah, lewat sepuluh menit ketika kantong darah sudah mau penuh, aku mulai merasa engap. Keringet dingin. Jarum pun mulai dicopot. Diana selesai lebih dulu daripada aku, kayanya darah dia mengalir deres banget yak.

Ibu petugas PMI bilang, “Kamu pusing ya dek? Pucat banget, kelihatan,” aku pun diminta istirahat sebentar, ga boleh bangun dulu, dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala. Lalu panitia mengantarkan teh manis buatku, yang semakin menambah rasa eneg. Mungkin lebih baik kalo dianterin teh tawar atau yang asem-asem gitu kali ya.

Beberapa menit kemudian, aku merasa baikan. Akhirnya aku diperbolehkan keluar, sambil si ibu berpesan, “Atur nafas ya, segera cari udara segar ke luar.” Kukira aku udah gapapa, ternyata setelah berdiri dan jalan, rasa pusing dan mual itu muncul lagi. Sambil mengambil kartu donor, aku bilang sama panitia aku pusing. Terus aku dikasih kotak makanan dan minuman bervitamin. Aku sempoyongan keluar gedung, dan akhirnyaaa… makan siangku tadi keluar semua. Parah banget.

Beberapa petugas langsung membopongku ke dalam ruangan lagi, dan mengambilkan sebuah kursi khusus buatku. Aku lagi-lagi diminta istirahat dengan posisi kaki lebih tinggi dari kepala. dan pada saat itu gue ditempatin deket pintu keluar, di antara antrian para calon pendonor. Boo, plis ya, gue pasti membuat mereka jiper. Apalagi nggak lama setelah gue, ada cowok yang jatuh pingsan. Pasti mereka semakin jiper, haha…

Boro-boro malu dipajang gitu, aku udah nggak bisa ngomong, nggak bisa mikir. Ditemenin Anbel, aku cuma bisa konsen atur nafas, jangan sampai aku pusing dan muntah lagi. Sekitar 15 menit, setelah keringetan, baru aku boleh berdiri dan jalan pelan-pelan keluar. Petugas PMI-nya berpesan, “Nggak apa-apa kok, mual pusing itu biasa, apalagi buat yang pertama kali. Jangan kapok ya donor darah…” Iya, insya Alloh ga kapok kok 

Aku harus segera dapat udara segar. Di luar, aku makan dan minum, tapi baru sedikit, udah eneg lagi. Langsung ilang nafsu makanku seharian itu. bahkan sampai malam, masih pusing dan mual. Kok agak lebay ya…

Aku baru merasa baikan waktu aku bangun tidur jam 3, badanku keringetan kayak abis nguli. Aku coba berdiri, jalan sedikit, dan ternyata emang udah gak pusing sama sekali. Wah, syukurlah. Soalnya semalem solat isya pun masih mual dan pusing.

Begitulah pengalaman pertamaku mendonorkan darah. Rada ngga enak memang pengalamannya, tapi insya Alloh aku ga akan kapok! Lagipula sebetulnya lebih banyak sisi positif daripada sisi negatif dengan jadi pendonor. Kita bisa menolong orang yang membutuhkan. Ini bentuk sedekah paling mudah, karena toh kita semua kan punya darah untuk didonorkan. Lalu sirkulasi darah dalam tubuh juga bisa lebih lancar, dan akan ada darah baru yang akan segera menggantikan 450 cc yang kita donorkan tadi. Pasti jadi lebih sehat! Terus kita bisa cek kesehatan gratis, dan dapet makanan gratis, hehehe…

Paling cepat 3 bulan lagi aku baru bisa donor. Pelajaran aja sih, berarti besok-besok sebelum donor, harus lebih fit dan makan lebih banyak! Hehehe…

*

*aku yg pucat pasi dan Diana yg tetap segar bugar

Komentar

  1. aku mau dunk,,,yg di dalam kotak itu,g usah donor makan ajjah aku ya,,,

    BalasHapus

Posting Komentar

Baca juga...

Gunung Kunci, Benteng Kokoh di Balik Bukit

Menyusui Pasca Operasi Payudara

Kaleidoskop Indonesia 2008

Bahasa "Alay" di Kalangan Remaja

Si Cantik Asli Sumedang