DNS Nawala, Pendekar Dunia Maya Indonesia
M. Yamin (46) terkaget-kaget saat mengetahui salah seorang putrinya yang masih kecil membuka laman situs porno di internet. “Ayah, ini apa?” Yamin pun bingung menjelaskan. Padahal anaknya ketika itu bermaksud mencari gambar tokoh kartun idolanya, tapi yang muncul di mesin pencari malah situs-situs dewasa. “Saya tidak bisa menerangkan, karena gambarnya ya... seperti itu. Nyesel sekali saya, karena trauma di anak itu cukup lama lho,” kata ayah dengan dua putri ini. Kejadian itu membuat Yamin yang juga pengurus AWARI (Asosiasi Warung Internet Indonesia) langsung berpikir keras, bagaimana caranya memblokir situs porno dan menjadikan internet bersih dan aman bagi anak-anak.
Yamin membagi kegelisahannya bersama tiga orang kawan sesama pengurus AWARI, yaitu Irwin Day (40), Bill Fridini (42), dan Aditantra Adiyoso (42). Dari perbincangan itulah tercetus ide membuat sebuah sistem DNS (domain name system) filtering yang dapat memblokir situs internet yang mengandung konten pornografi, perjudian, serta konten-konten berbahaya seperti malware, phishing (penyesatan), dan sejenisnya.
“Basic kita kan AWARI, memang kita adalah pengusaha warnet. Kita ingin menghapus stigma negatif orang tentang warnet. Dulu 'kan warnet dianggap tidak bersih, tempat akses situs porno, dan tidak aman dari malware, virus, phising, dan sebagainya. Kita ingin menghilangkan stigma seperti itu,” jelas Yamin yang kini menjabat sebagai Direktur Eksekutif Yayasan Nawala Nusantara.
Sebetulnya kalau hanya untuk warnet-warnet milik mereka, para pengurus AWARI tersebut bisa dengan mudah memblokir situs-situs dengan konten negatif di internet. Namun bagi mereka itu tidak cukup. Yamin dan kawan-kawan menginginkan sistem filtering yang mereka gunakan bisa dipakai juga di warnet seluruh Indonesia. “Bukan hanya di warnet, kita ingin layanan DNS filtering ini bisa digunakan secara luas dan gratis oleh lembaga, keluarga, atau siapapun yang ingin berinternet dengan bersih dan aman,” tambahnya.
Akhirnya pada tahun 2007, tercetuslah nama DNS Nawala. Nama “Nawala” sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti “pesan yang baik”. Yamin menjelaskan, melalui Nawala ia ingin menyampaikan pesan untuk para pengakses situs-situs negatif, bahwa sebenarnya banyak situs lain yang lebih bermanfaat di internet. Yamin bersama ketiga kawannya pun didaulat untuk menjadi pengurus layanan cuma-cuma tersebut.
“Kantor kami sebetulnya masih numpang sama AWARI. Ya, di sinilah,” kata Yamin sambil menunjuk ke sekeliling. Sebuah ruangan berukuran sekitar 5x7 meter, yang dinding-dindingnya ditempeli poster-poster yang mendukung internet bersih. Lima unit komputer, sebuah server, dan tumpukan buku serta berbagai dokumen turut memenuhi ruangan tersebut. “Kami nggak setiap hari ketemu di sini. Kami kerjanya remote, ya namanya juga ngurus internet, kan bisa dari mana aja,” ujar Yamin.
Pasca Kedatangan RIM
Kendati ide awalnya hanyalah bentuk obligasi moral para pengusaha warnet, DNS Nawala kini semakin dikenal luas, terutama semenjak perusahaan Research in Motion (RIM) menggunakan layanan mereka untuk menyaring akses internet Blackberry di Indonesia. Diakui Deputi Humas Yayasan Nawala Nusantara, Irwin Day, ketika RIM menggunakan layanan DNS Nawala memang ada keuntungan, yakni nama Nawala yang semakin dikenal orang. Namun di sisi lain, masuknya jutaan pengguna Blackberry ke kanal data Nawala sedikit banyak berpotensi mengganggu kenyamanan pengguna lain.
“Analoginya, kita punya sebuah taman, ruang terbuka publik. Masyarakat luas, siapapun boleh main di taman kita, gratis. Tapi tiba-tiba ada sebuah geng yang anggotanya banyak ikutan masuk taman, dan “mendominasi” taman tersebut. Yang tadinya orang bisa jogging, bersepeda, sekarang tamannya jadi sempit dan dipenuhi orang. Sedikit banyak, kenyamanan pasti terganggu,” jelas Irwin.
Ia menambahkan, Nawala adalah sebuah layanan sosial yang dapat digunakan secara cuma-cuma oleh publik, dan sama sekali bukan lembaga yang mengejar keuntungan bisnis. Karenanya, Nawala tidak mengharapkan kompensasi dalam bentuk uang dari RIM. Lalu, yang diinginkan seperti apa? “Ya, Anda bikin taman sendiri dong, jangan pakai taman publik. Kalau Anda punya kepentingan, ya Anda beli server sendiri dong, jangan ganggu kanal untuk publik. Harusnya kan seperti itu, kalau memang dia (RIM) mau serius,” tukas Irwin.
Digunakan Hingga ke Luar Negeri
Halaman blokir DNS Nawala ternyata tak hanya muncul di Indonesia, melainkan juga di beberapa negara seperti Mesir, Aljazair, dan Tunisia. “Tapi belakangan ini suasana lagi genting, akses internet pun sempat mati di Mesir, jadi kanal kami memang sedang longgar,” kata Irwin.
Awalnya, para pengurus DNS Nawala hanya menitipkan ke kawan-kawan mereka yang berada di negara-negara tersebut, untuk menggunakan layanan DNS Nawala. Dan ternyata, DNS Nawala disukai oleh pengakses internet di negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim tersebut. Pemahaman mereka tentang konten negatif internet rupanya sama dengan batasan-batasan Nawala, yang berasal dari Indonesia. “Karakteristik kita dirasa cocok dengan mereka, seperti pornografi, judi, SARA, dan sebagainya,” kata Irwin.
Sebetulnya tak sedikit pula sistem DNS filtering buatan Eropa maupun Amerika Serikat, tapi toh belum tentu efektif digunakan di Indonesia dan negara-negara muslim. Sebabnya menurut Irwin, karakteristik pornografi orang Eropa dan Amerika berbeda dengan karakteristik pornografi yang ada dalam pikiran orang Indonesia.
“Misalnya begini, di Indonesia, lebih ngetop mana artis porno Jepang atau artis porno AS? Lebih ngetop Jepang kan? Misalnya kita pakai sistem filtering dari luar yang kebanyakan buatan US, padahal yang disenangi orang Indonesia adalah artis dan situs porno Asia. Apa yang diakses oleh masyarakat Amerika dan Eropa tidak sama dengan yang diakses oleh masyarakat Indonesia maupun Asia,” jelas Irwin panjang lebar.
Dengan jangkauan seluas itu, Yamin dan kawan-kawannya belum berniat untuk menjadikan layanan ini sebagai lahan bisnis mereka. Cukup dengan empat orang pengurus saja, DNS Nawala melayani pelanggannya di mana-mana. Namun mereka tidak bekerja sendirian. Secara informal, anggota komunitas Nawala adalah seluruh pengguna internet yang menginginkan internet bersih dan aman. Diakui Yamin, ada ratusan orang relawan yang setiap harinya membantu mengirimkan update. Relawan-relawan dari berbagai penjuru inilah yang membantu mereka mendapatkan update daftar situs-situs yang mengandung konten pornografi, judi, malware, dan phising yang harus diblokir (situs blacklist).
“Kita tidak hanya membuat sebuah sistem, tapi juga komunitas, lingkungan. Inilah nilai plus kita,” kata Yamin bangga.
Kerja Nawala memang bukan memblokir situs porno semata. Mereka juga kerap diundang untuk melakukan sosialisasi, pendidikan, dan seminar tentang mewujudkan internet bersih dan aman. Semua kegiatan tersebut didukung oleh dana yang berasal dari kantong-kantong pribadi para pengurusnya, serta donasi yang sifatnya tidak mengikat dari pihak-pihak yang peduli akan apa yang dilakukan Nawala selama ini. "Ada orang besar, ada orang kecil. Ada juga dari lembaga atau perusahaan tertentu, tapi masih ngantri! Mau bagaimana, kami ini rekening saja belum punya," ujar Yamin sambil tertawa.
Respon Negatif
Meski didirikan dengan tujuan positif, tak berarti jalan DNS Nawala lancar-lancar saja. Tak sedikit pula orang yang melayangkan protes gara-gara tak bisa lagi mengakses situs-situs tertentu yang diblokir Nawala. Hal itu terjadi lantaran banyak penyedia jasa internet (PJI) yang telah menggunakan pengaturan default DNS Nawala, namun tidak menyosialisasikan kebijakan tersebut kepada para pelanggannya.
“Para pengguna mereka, suka ataupun tidak suka, dipakein Nawala. Banyak yang protes, kenapa Nawala blokir-blokir situs ini, padahal saya nggak merasa pakai Nawala? Nah di sinilah ada yang miss dari para PJI tersebut, mereka tidak melakukan sosialisasi kepada pelanggannya, bahwa mereka telah menggunakan Nawala untuk memfilter situs-situs tertentu. Akhirnya, banyak pelanggan provider tersebut yang malah protes keras ke Nawala,” keluh Irwin. Padahal, lanjut Irwin, pada dasarnya penggunaan DNS Nawala bersifat optional, pilihan. Bisa juga digunakan secara mandatory, wajib. Namun diakuinya, penggunaan DNS Nawala secara mandatory kepada pelanggan PJI tertentu dapat menjadi masalah. “Sekarang ini sudah banyak yang protes keras ke Nawala. Bahkan ada juga yang mau menuntut.”
Tentang isu peretas yang katanya bisa menembus sistem DNS Nawala, Irwin menjawab ringan, “Isu itu sebenarnya lucu, karena DNS manapun punya potensi yang sama ditembus hacker,” katanya sambil tersenyum.
Apakah tidak terpikir untuk mengkomersialisasikan layanan ini? “Kita bicara di Indonesia ya. Kalau berbayar siapa yang mau pakai? Orang gratis aja masih banyak yang marah-marah kok!” seloroh Yamin, yang disambut tawa kawan-kawannya. Kita nggak mau terikat dengan company policy, biarlah kita tetap jadi layanan sosial. Kalau seperti ini kan, nothing to lose buat kita,” sambungnya.
Yamin membagi kegelisahannya bersama tiga orang kawan sesama pengurus AWARI, yaitu Irwin Day (40), Bill Fridini (42), dan Aditantra Adiyoso (42). Dari perbincangan itulah tercetus ide membuat sebuah sistem DNS (domain name system) filtering yang dapat memblokir situs internet yang mengandung konten pornografi, perjudian, serta konten-konten berbahaya seperti malware, phishing (penyesatan), dan sejenisnya.
“Basic kita kan AWARI, memang kita adalah pengusaha warnet. Kita ingin menghapus stigma negatif orang tentang warnet. Dulu 'kan warnet dianggap tidak bersih, tempat akses situs porno, dan tidak aman dari malware, virus, phising, dan sebagainya. Kita ingin menghilangkan stigma seperti itu,” jelas Yamin yang kini menjabat sebagai Direktur Eksekutif Yayasan Nawala Nusantara.
Sebetulnya kalau hanya untuk warnet-warnet milik mereka, para pengurus AWARI tersebut bisa dengan mudah memblokir situs-situs dengan konten negatif di internet. Namun bagi mereka itu tidak cukup. Yamin dan kawan-kawan menginginkan sistem filtering yang mereka gunakan bisa dipakai juga di warnet seluruh Indonesia. “Bukan hanya di warnet, kita ingin layanan DNS filtering ini bisa digunakan secara luas dan gratis oleh lembaga, keluarga, atau siapapun yang ingin berinternet dengan bersih dan aman,” tambahnya.
Akhirnya pada tahun 2007, tercetuslah nama DNS Nawala. Nama “Nawala” sendiri berasal dari bahasa Sansekerta, yang berarti “pesan yang baik”. Yamin menjelaskan, melalui Nawala ia ingin menyampaikan pesan untuk para pengakses situs-situs negatif, bahwa sebenarnya banyak situs lain yang lebih bermanfaat di internet. Yamin bersama ketiga kawannya pun didaulat untuk menjadi pengurus layanan cuma-cuma tersebut.
“Kantor kami sebetulnya masih numpang sama AWARI. Ya, di sinilah,” kata Yamin sambil menunjuk ke sekeliling. Sebuah ruangan berukuran sekitar 5x7 meter, yang dinding-dindingnya ditempeli poster-poster yang mendukung internet bersih. Lima unit komputer, sebuah server, dan tumpukan buku serta berbagai dokumen turut memenuhi ruangan tersebut. “Kami nggak setiap hari ketemu di sini. Kami kerjanya remote, ya namanya juga ngurus internet, kan bisa dari mana aja,” ujar Yamin.
Pasca Kedatangan RIM
Kendati ide awalnya hanyalah bentuk obligasi moral para pengusaha warnet, DNS Nawala kini semakin dikenal luas, terutama semenjak perusahaan Research in Motion (RIM) menggunakan layanan mereka untuk menyaring akses internet Blackberry di Indonesia. Diakui Deputi Humas Yayasan Nawala Nusantara, Irwin Day, ketika RIM menggunakan layanan DNS Nawala memang ada keuntungan, yakni nama Nawala yang semakin dikenal orang. Namun di sisi lain, masuknya jutaan pengguna Blackberry ke kanal data Nawala sedikit banyak berpotensi mengganggu kenyamanan pengguna lain.
“Analoginya, kita punya sebuah taman, ruang terbuka publik. Masyarakat luas, siapapun boleh main di taman kita, gratis. Tapi tiba-tiba ada sebuah geng yang anggotanya banyak ikutan masuk taman, dan “mendominasi” taman tersebut. Yang tadinya orang bisa jogging, bersepeda, sekarang tamannya jadi sempit dan dipenuhi orang. Sedikit banyak, kenyamanan pasti terganggu,” jelas Irwin.
Ia menambahkan, Nawala adalah sebuah layanan sosial yang dapat digunakan secara cuma-cuma oleh publik, dan sama sekali bukan lembaga yang mengejar keuntungan bisnis. Karenanya, Nawala tidak mengharapkan kompensasi dalam bentuk uang dari RIM. Lalu, yang diinginkan seperti apa? “Ya, Anda bikin taman sendiri dong, jangan pakai taman publik. Kalau Anda punya kepentingan, ya Anda beli server sendiri dong, jangan ganggu kanal untuk publik. Harusnya kan seperti itu, kalau memang dia (RIM) mau serius,” tukas Irwin.
Digunakan Hingga ke Luar Negeri
Halaman blokir DNS Nawala ternyata tak hanya muncul di Indonesia, melainkan juga di beberapa negara seperti Mesir, Aljazair, dan Tunisia. “Tapi belakangan ini suasana lagi genting, akses internet pun sempat mati di Mesir, jadi kanal kami memang sedang longgar,” kata Irwin.
Awalnya, para pengurus DNS Nawala hanya menitipkan ke kawan-kawan mereka yang berada di negara-negara tersebut, untuk menggunakan layanan DNS Nawala. Dan ternyata, DNS Nawala disukai oleh pengakses internet di negara-negara yang mayoritas penduduknya muslim tersebut. Pemahaman mereka tentang konten negatif internet rupanya sama dengan batasan-batasan Nawala, yang berasal dari Indonesia. “Karakteristik kita dirasa cocok dengan mereka, seperti pornografi, judi, SARA, dan sebagainya,” kata Irwin.
Sebetulnya tak sedikit pula sistem DNS filtering buatan Eropa maupun Amerika Serikat, tapi toh belum tentu efektif digunakan di Indonesia dan negara-negara muslim. Sebabnya menurut Irwin, karakteristik pornografi orang Eropa dan Amerika berbeda dengan karakteristik pornografi yang ada dalam pikiran orang Indonesia.
“Misalnya begini, di Indonesia, lebih ngetop mana artis porno Jepang atau artis porno AS? Lebih ngetop Jepang kan? Misalnya kita pakai sistem filtering dari luar yang kebanyakan buatan US, padahal yang disenangi orang Indonesia adalah artis dan situs porno Asia. Apa yang diakses oleh masyarakat Amerika dan Eropa tidak sama dengan yang diakses oleh masyarakat Indonesia maupun Asia,” jelas Irwin panjang lebar.
Dengan jangkauan seluas itu, Yamin dan kawan-kawannya belum berniat untuk menjadikan layanan ini sebagai lahan bisnis mereka. Cukup dengan empat orang pengurus saja, DNS Nawala melayani pelanggannya di mana-mana. Namun mereka tidak bekerja sendirian. Secara informal, anggota komunitas Nawala adalah seluruh pengguna internet yang menginginkan internet bersih dan aman. Diakui Yamin, ada ratusan orang relawan yang setiap harinya membantu mengirimkan update. Relawan-relawan dari berbagai penjuru inilah yang membantu mereka mendapatkan update daftar situs-situs yang mengandung konten pornografi, judi, malware, dan phising yang harus diblokir (situs blacklist).
“Kita tidak hanya membuat sebuah sistem, tapi juga komunitas, lingkungan. Inilah nilai plus kita,” kata Yamin bangga.
Kerja Nawala memang bukan memblokir situs porno semata. Mereka juga kerap diundang untuk melakukan sosialisasi, pendidikan, dan seminar tentang mewujudkan internet bersih dan aman. Semua kegiatan tersebut didukung oleh dana yang berasal dari kantong-kantong pribadi para pengurusnya, serta donasi yang sifatnya tidak mengikat dari pihak-pihak yang peduli akan apa yang dilakukan Nawala selama ini. "Ada orang besar, ada orang kecil. Ada juga dari lembaga atau perusahaan tertentu, tapi masih ngantri! Mau bagaimana, kami ini rekening saja belum punya," ujar Yamin sambil tertawa.
Respon Negatif
Meski didirikan dengan tujuan positif, tak berarti jalan DNS Nawala lancar-lancar saja. Tak sedikit pula orang yang melayangkan protes gara-gara tak bisa lagi mengakses situs-situs tertentu yang diblokir Nawala. Hal itu terjadi lantaran banyak penyedia jasa internet (PJI) yang telah menggunakan pengaturan default DNS Nawala, namun tidak menyosialisasikan kebijakan tersebut kepada para pelanggannya.
“Para pengguna mereka, suka ataupun tidak suka, dipakein Nawala. Banyak yang protes, kenapa Nawala blokir-blokir situs ini, padahal saya nggak merasa pakai Nawala? Nah di sinilah ada yang miss dari para PJI tersebut, mereka tidak melakukan sosialisasi kepada pelanggannya, bahwa mereka telah menggunakan Nawala untuk memfilter situs-situs tertentu. Akhirnya, banyak pelanggan provider tersebut yang malah protes keras ke Nawala,” keluh Irwin. Padahal, lanjut Irwin, pada dasarnya penggunaan DNS Nawala bersifat optional, pilihan. Bisa juga digunakan secara mandatory, wajib. Namun diakuinya, penggunaan DNS Nawala secara mandatory kepada pelanggan PJI tertentu dapat menjadi masalah. “Sekarang ini sudah banyak yang protes keras ke Nawala. Bahkan ada juga yang mau menuntut.”
Tentang isu peretas yang katanya bisa menembus sistem DNS Nawala, Irwin menjawab ringan, “Isu itu sebenarnya lucu, karena DNS manapun punya potensi yang sama ditembus hacker,” katanya sambil tersenyum.
Apakah tidak terpikir untuk mengkomersialisasikan layanan ini? “Kita bicara di Indonesia ya. Kalau berbayar siapa yang mau pakai? Orang gratis aja masih banyak yang marah-marah kok!” seloroh Yamin, yang disambut tawa kawan-kawannya. Kita nggak mau terikat dengan company policy, biarlah kita tetap jadi layanan sosial. Kalau seperti ini kan, nothing to lose buat kita,” sambungnya.
Komentar
Posting Komentar