Susahnya Nyari Gentlemen di Damri

Setiap kali naik Damri, sebenarnya ada satu hal yang saya perhatikan kok semakin parah dari hari ke hari. Yaitu, menemukan sosok anak muda yang mau merelakan tempat duduknya untuk orang yang lebih tua. Suer deh. Semakin jarang aja.

Tadi juga gitu, pas saya mesti ke Bandung jam 7 pagi. Yaa kamu tau ‘kan betapa padatnya Damri jam 7 pagi? Semua tempat duduk penuh. Pas di Cileunyi, ada sepasang aki-nini yang udah tuaaa banget (ya iyalah tua) sampe-sampe buat naek ke Damri aja susah payah. (Saya suka mikir kalau gitu teh anaknya pada kemana, ya?)

Dengan Damri yang penuh tadi, otomatis mereka berdua nggak dapet tempat duduk. Dan nggak ada satu pun yang berdiri dan mempersilakan duduk. Padahal jelas banyak, malah hampir semua “dudukers” saat itu adalah mahasiswa (jelas masih muda-seenggaknya dibandingkan aki-nini itu), cowok apalagi, banyak.

Nggak ada yang bangkit. Kalau kamu bertanya dimana saya, oioiiii...saya duduk di pojok belakang sodara-sodara! Sulit untuk maksa keluar dengan keadaan penduduk Damri yang berdiri berdesak-desakan di depan saya. Lagian sebenernya banyak kok cowok yang duduk di pinggir dan lebih strategis posisinya dengan aki-nini itu. Bukannya mau berdalih, tapi emang begitu kenyataannya.

Nggak berapa lama, kemudian ada teteh yang berdiri dan mempersilakan si nini duduk di tempatnya. Sementara itu para cowok masih dengan santainya duduk dan pura-pura nggak tau. Uuh...kalau saya jadi cowok ya, saya bakal malu banget dengan teteh itu. Dengan nini itu juga. Dengan penumpang semuanya saya bakal malu! Masak saya yang lebih muda nggak mau merelakan tempat duduk untuk aki dan nini? Masak saya cowok yang lebih kuat nggak mau merelakan berdiri?

Sementara itu si aki belum juga duduk, padahal kaki tuanya udah gemeteran. Mungkin karena Pak Kondektur geregetan ngeliat para cowok yang apatis itu, akhirnya dia nyuruh seorang cowok yang duduk di pinggir buat berdiri dan ngasih tempat duduknya buat si aki. Disuruh, sodara-sodara! Ck ck ck...malunya dobel, cing!

Komentar

Baca juga...

Gunung Kunci, Benteng Kokoh di Balik Bukit

Menyusui Pasca Operasi Payudara

Kaleidoskop Indonesia 2008

Bahasa "Alay" di Kalangan Remaja

Si Cantik Asli Sumedang